Tampilkan postingan dengan label humor dewasa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label humor dewasa. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 23 Juli 2016

Alkisah, Suatu ketika seorang pelacur dari kompleks yang baru saja digusur mencoba mencari peruntungan di kampung tempat berdirinya Basecamp Gank 3 Banci.

Karena pelacur tersebut cantik plus seksi, maka banyak kaum lelaki dr kampung tempat berdirinya Basecamp Gank 3 Banci ingin mencobanya.

Baik tua maupun muda mereka antri didepan pintu tempat praktek si pelacur, termasuk Parman, preman kampung yang waktu itu masih belum insaf. Sebelumnya pelacur tersebut talah memasang tarif dengan ketentuan sekali tancap seribu rupiah, sekali tarik juga seribu rupiah.

Karena yang antri orang-orang kampung dengan taraf ekonomi yang alakadarnya, maka mereka tidak lama, hanya beberapa tancap sudah keluar ruangan.

Tiba giliran Parman, si preman kampung, ternyata dia lama banget gak keluar-keluar.

Orang-orang yang diluarpun pada ribut.

Tak sabar salah seorang dari para kaum lelaki yang antre, menggedor pintu lalu bilang, ”Eh Parman,mentang-mentang uangnya banyak terus lama.Cepet gantian, yang lain juga mau pake...", teriak si penggedor yang ternyata adalah Pak RW Mulyadi

Tak lama didalam terdengar jawaban,”Kalo masalah keluar aku juga udah pingin banget Pak. Tapi aku cuma punya duit Seribu doang. Gimana mau keluar kalo masih nancep!!”



Kamis, 21 Juli 2016

Pak RW Mulyadi pulang agak sorean dari Kantor Kelurahan, ketika sampai rumah ia disambut sang isteri dengan senyum ramahnya.
Sambil minum kopi yang dihidangkan oleh Buk RW Mulyadi, mereka berbincang-bincang...
Pak RW Mulyadi : "Buk,...si Joko anak kita kemana?? kok sepi??"
Bu RW Mulyadi : "itu tadi keluar bawa mainan mungkin lagi maen ditaman sama temannya,..."
Pak RW Mulyadi : "oh,...kalau gitu 'yuk' buk,... bapak tiba-tiba kepengen nich" mengajak isterinya untuk *********
Bu RW Mulyadi : "jangan sekarang pak, nanti joni pulang..."
"Ayo donk buk, bapak udah gak tahan nich... yu, yu, yu..." rayu Pak RW Mulyadi
Dan, dengan rayuannya Pak RW Mulyadi akhirnya berhasil mengajak isterinya untuk ******
Karena tergesa-gesa mereka lupa mengunci pintu kamar sampai akhirnya,....
"GRUBAKZ,...!!!!" terdengar pintu kamar yang didobrak...
Joko : "Pak,...minta uangnya seribu rupiah buat beli es krim,...!!"
Kaget dan terkejut bukan main Pak RW Mulyadi mendengar Joko yang masuk kekamar dengan tiba-tiba, padahal sudah hampir sampai pada tujuannya...
Pak RW Mulyadi --sambil menutupi tubuhnya dengan selimut-- : "Heh,...dasar bocah edan,....kalau masuk kamar ketuk pintu pintu dulu!!! Seribu gundulmu,...!!!lihat itu gara gara seribu rupiahmu adik adikmu pada nempel didinding!!!!--Pak RW Mulyadi terus memaki Joko, anaknya--
Joko : "@@@##$%%$#@#@$$#???????????????!!!!"

Jumat, 22 April 2016

Di suatu halte, perjalanan sebuah bus kota dihentikan oleh seorang wanita muda berpakaian putih-putih. Setelah menaiki bus tersebut, ternyata si wanita tidak mendapat tempat duduk, karena busnya telah penuh penumpang. Si wanita-pun tidak berkeberatan dan memutuskan untuk berdiri saja.

Sejenak kemudian dari bagian kursi belakang bus, terdengar tawaran dari seorang Bapak, yang tak lain tak bukan adalah Mustafa.

Mustafa : “duduk disini saja dik..” ajak Mustafa sambil menunjuk ke arah pangkuannya.

Sejenak si wanita berpikir...daripada berdiri terus, sedangkan tujuannya masih jauh, si wanita-pun memutuskan menerima tawaran Mustafa dan duduk di atas pangkuan Mustafa.

Selama perjalanan, Mustafa mencoba untuk lebih mengakrabkan diri dengan si wanita.

Mustafa : “Adik ini pasti seorang perawat atau apoteker?” Mustafa mencoba menebak profesi si wanita sambil membuka perbincangan.

“Kok bapak tau?” tanya si wanita.

“Iya... soalnya .. baju adik ini bau obat-obatan..!” kata Mustafa.

Si wanita cuma terdiam sambil tersenyum.

Beberapa saat kemudian, si wanita tidak mau kalah. Ia balik mencoba menebak profesi Mustafa “Bapak ini pasti kerjanya di bengkel... atau .. kalau tidak..pasti seorang sopir..!”.

“Kok adik tahu...?” sela Mustafa.

Kata si wanita lagi “Iya... soalnya ... dari tadi ...dongkrak bapak di bawah ini bergerak terusss...”.

Rabu, 20 April 2016

Pak RW Mulyadi mampir ke salon Natanella alias Nella untuk dipotong rambutnya yang sudah agak gondrongan.
Sambil rambutnya dipangkas, Pak RW Mulyadi berbincang-bincang dengan seorang Nella yang memangkas rambutnya.
Nella : “Aduh.. rambut bapak kok sudah putih semua siiiicchh..” kata Nella dengan lembutnya, sambil mulai memangkas rambut Pak RW. Mulyadi
Pak RW Mulyadi : “Iya nih Nur... kenapa ya... padahal umurku baru 40-an loh”
Nella : “Ich Bapak Jehong deh, jengong panggil Nur donk, panggil akika Nella... ingat yah, Nella... badewey eniway bajay, mau tahu gak, apa penyebabnya rambut Pak We bisa cepet putih?”
Pak RW Mulyadi : “Memangnya apa penyebabnya, Nur eh Nell?”
Nella : “oke... tapi Pak We jawab dulu pertanyaan Nella yah..” kata si Nella sambil melanjutkan pekerjaannya..
Pak RW Mulyadi :“apa pertanyaannya??”
Nella : “Mengapa rambut di kepala lebih cepat ber-uban dari pada rambut di bawah?”
Pak RW Mulyadi : “di bawah mana.. maksudmu?” , tanya Pak Rw Mulyadi merasa penasaran
Nella :“Masa siiich Pak We tinta tahu goreng cireng ??? ich gemes dech, jadi pengen remes..., itu lo pak.. rambut yang itu tuuuhhh”, jawab Nella sambil matanya melirik ke bagian bawah si Pak RW Mulyadi.
Pak RW Mulyadi : “oh yang iniiiii”, sambil tanpa sadar memegang bagian yang tadi dilirik Nella...
Nella :“iya dong pak... Rempong dech ach”, kata Nella dengan gesitnya.
Pak RW Mulyadi : “Itu karena, rambut di kepala sering terkena matahari langsung kali ya... sedangkan rambut di bawah... kan selalu tertutup...”
Nella : “Yeee... Pak We salah...!!!” sanggah Nella dengan gayanya yang kenes2 lincah.
Pak RW Mulyadi :“lalu yang benar bagaimana dong...?”
Nella :“Begini pak... kalau rambut di kepala, lebih cepat uban itu karena lebih banyak susahnya soalnya dipakai untuk mikir... tapi kalo rambut di bawah tidak ada ubannya, itu karena lebih banyak senangnya...“
Pak RW Mulyadi :“Senang gimana maksudmu...?”
Nella :“Iiiccchhh... KZL KZL KZL... bego amat sich bapak nih... ya senang gituan ituh lho... masak bapak nggak faham sich...”
Pak RW Mulyadi:“Oooooh gitu... betul juga kali ya?”
Nella : "Emmmmmmm... bapak rempong dech... lama-lama tak pegang juga tuh kepala bawah bapak, xixixixixixixixi"


Selasa, 19 April 2016

Sincia Laudya Unyu-Unyu yang lagi hamil tua anak kedua, pergi ke pasar ditemanin si sulung Bella yang sudah berumur 4 Tahunan. Si Sulung anaknya Sincia, lagi bawel-bawelnya. Meskipun masih cadel-cadel ketika berbicara, tapi dia seneng mengajak ngobrol orang-orang disekitarnya meskipun belum dia kenal.

Tepat di depan kios pedagang pisang, Sincia Laudya Unyu-Unyu berhenti dan memilih-milih pisang di kios tersebut. Pedagang pisang yang seorang bapak-bapak gemuk dengan perutnya yang buncit, tampaknya baru bangun tidur. Dengan masih memakai sarung dia melayani Syncia yang sedang memilih-milih pisang.

Di tengah kesibukan para orang tua, si Bella gak mau kalah... dia terus ngintil-ngintil ibu-nya kemana pun melangkah sambil gak henti ngomong nanya ini-itu. Lalu...

Si Bella : "Pak, pak... perut  bapak buncit sama kayak perut mama ku... Tau gak bapak, perut mama ku isi nya apa ?"

Penjual Pisang : "Bapak gak tau adek... Coba tanya mama-mu, isi nya apa ?"

Si Bella : "Ma... ma... perutnya mama ini isinya apa ?"

Sincia : "Perut mama ini berisi adek bayi, sayang..." --sambil mengelus perutnya--


Si Bella : "Pak... Pak... Perut mama ku, isi nya bayi..., kalau perut bapak, isi-nya apa ??" --sambil tanpa sepengetahuan si empunya sarung, si Bella refleks menyingkap sarung si Bapak penjual pisang--

Karena kaget sarungnya di singkap si Bella, si bapak penjual pisang, cuma bisa bengong, sedangkan si Bella... --sambil menarik-narik baju mama-nya yang yang juga bengong melihat sarung si Bapak yang tadi disingkap si Bella-- "Maaa... perut bapak yang dagang pisang, isinya gajah maaa..."

Sincia --sambil bengong melongo-- : "masa iya nak...?"

Si Bella : "Iya maa.. itu, ada belalainya...!!"

Si Bapak penjual pisang, baru sadar, sambil muka nya merah padam menahan malu, dia segera merapikan sarungnya yang tadi disingkap Bella...


Senin, 04 April 2016

Rince yang sekarang juga gaol di sosmed, menangis di depan ibunya setelah baca tweet Farhad Abbas yang menyindir almarhum Olga di Twitter:

Rince: "Mom... benarkah biarpun mati hari jum’at, bencong tak mungkin masuk sorga?"

Momi: "Siapa yang bilang begitu, nak?"

Rince: "Farhad Abbas, mom..."

Momi: "Sudahlah, jangan dengarkan ocehan orang. Tuhan yang punya sorga, bukan Farhad Abbas. Jika Tuhan menghendaki, siapapun bisa masuk surga."

Rince: "Benarkah? Berarti Rince juga bisa masuk sorga, mom?"

Momi: "Insyaallah... Asalkan kamu insyaf dan kembali ke jalan yang benar, nak..."

Rince: "Baiklah. Kalau begitu, Mom... mulai besok Rince akan pakai jilbab lalu kembali ke jalan yang benar. Nggak lompat pagar lagi seperti biasanya..." --kegirangan--

Momy: "Dasar bocah gemblung!!! Edan kowe lek... !!" --mengurut dada--


Source cerita dan gambar from : http://republik-gondes.blogspot.co.id/2015/04/cerita-humor-bencong-waria-lucu.html

Sabtu, 02 April 2016

Pada Hari Jumat yang cerah, pagi-pagi Pak RW Mulyadi sudah di panggil ke kelurahan. Sesampainya di kelurahan Pak RW. Mulyadi sudah menghadap untuk laporan terkait Program KB di lingkungan ke-RW-an yang dipimpin oleh Pak RW. Mulyadi.

Pak Lurah : "Mulyadi, saya lihat data-data, program KB di Lingkungan RW-mu tidak berjalan dengan baik yah ?"

Pak RW. Mulaydi : "Betul pak, Program KB di Lingkungan RW yang saya pimpin Gatot Pak..."

Pak Lurah : "Lo, ngapain kamu bawa-bawa si Gatot ?? Kenapa dia ?? Apa gara-gara si Gatot, Program KB di lingkungan RW-mu gagal ?"

Pak RW. Mulyadi : "Owh, maaf Pak.. bukan gitu, maksud saya dengan Gatot itu adalah Gagal Total Pak.."

Pak Lurah : "Iya, lalu Gagal Total kenapa ?? Apa penyebabnya ? Apa kurang sosialisasi ke masyarakat ?"

Pak RW. Mulyadi : "Bukan Pak.. penyebabnya Narkoba Pak !!"

Pak Lurah --kaget-- : "Haaaahhhh !!! pendudukmu pada pakai Narkoba ?? Bagaimana bisa ??"

Pak RW. Mulyadi : "Begini Pak Lurah...., setiap malam NARKOBA merajalela di di lingkungan ke-RW-an saya Pak. Pelakunya tak lain adalah ibu-ibu pak yang suka sekali NARikin KOlor BApak .. Makanya Program KB gagal total .. !!!"

Pak Lurah : "Sempulll lu We (nama lucu panggilan RW), mau lu gua turunin pangkat lu jadi hansippp ??!!"

Selasa, 19 Mei 2015

Alhamdulillah yah, akhirnya Sincia Laula Unyu Unyu bisa diterima bekerja di salah satu kantor besar di kawasan Sudirman meskipun cuma sebagai tenaga harian lepas. Pagi itu Sincia mau berangkat kerja dan lagi menunggu bus kota di mulut gang rumahnya.

Seperti biasanya, kalau mau berangkat kerja, Sincia selalu memakai pakaian yang cukup ketat, rok mini semi-mininya, sehingga bodinya yang seksi semakin tampak kelihatan lekuk likunya.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya bus kota datang, Sincia Laula Unyu Unyu berusaha naik lewat pintu belakang, tapi karena rok yang dikenakannya keketatan, kakinya tidak sampai di tangga bus. Menyadari keketatan roknya, tangan kiri Sincia menjulur ke belakang untuk menurunkan sedikit resleting roknya supaya agak longgar.

Sekali nurunin resleting, masih juga belum bisa naik. Sincia mencoba mengulangi lagi menurunkan resleting roknya. Tapi usaha kedua ini, tetap masih belum bisa membuat Sincia naik ke tangga bus.

Untuk usaha yang ketiga kalinya, belum sampai Sincia menurunkan lagi resleting roknya, tiba-tiba ada tangan kuat mendorong pantatnya dari belakang sampai Sincia terloncat dan masuk ke dalam bus.

Sincia melihat ke belakang, penasaran ingin tahu siapa yang telah mendorongnya, ternyata ada pemuda gondrong yang cengar-cengir melihat Sincia.

“Hei, kurang ajar kau. Berani-beraninya nggak sopan pegang-pegang pantat orang!”, hardik Sincia dengan marahnya...

Si pemuda dengan kalemnya menjawab, “Yang nggak sopan itu situ, Mbak. Masak belum kenal aja berani-beraninya nurunin resleting celana gue.”



Kamis, 20 November 2014

Joko kecil selama beberapa malam selalu terbangun dari tidurnya karena mendengar suara-suara berisik dari kamar orang tuanya.

Akhirnya pada suatu pagi, Joko bertanya pada ibunya, "Bu, tiap malam aku dengar suara berisik dari kamar ibu, dan setelah ku-intip, ibu sedang memantul-mantul naik-turun, sambil duduk diatas perut ayah."

Bu RW Mulyadi kaget sekali, tapi dengan tenang dia menjawab, "Oh, itu karena ibu sedang berusaha mengempeskan perut ayah yang buncit."

Joko menjawab, "Hmm, kupikir ibu takkan berhasil."

"Oh, ya? Kenapa begitu, Joko?", tanya bu RW Mulyadi.

"Karena tiap kali ibu pergi belanja ke pasar, Om Jaelani eh Tante Jessica selalu datang dan meniup kembali perut Ayah."


Jumat, 24 Oktober 2014

Maryadi yang ternyata masih bertahan di kesatuan, akhirnya bergabung dengan pasukan PBB dan ditugaskan ke Afganistan untuk menjaga perdamaian disana.

Posnya ada di sebuah daerah terpencil, di kaki pegunungan yang sunyi.

Meskipun Maryadi pernah menekuni karier sebagai banci, tapi sejatinya, dirinya adalah laki-laki normal yang masih punya hasrat untuk mencari pelampiasan kebutuhan biologis. Sebulan berjalan, Maryadi mencoba menahan diri untuk tidak memenuhi kebutuhan seks-nya. Tapi lama kelamaan akhirnya dia tidak tahan juga.

Karena sudah tidak tahan itulah, akhirnya Maryadi datang menemui koleganya seorang perwira Arab, dan bertanya : "bagaimana caranya kalau saya pengen 'gituan' di daerah terpencil seperti ini ?".

Sambil tersenyum dengan santainya, sang perwira Arabpun menjawab : "Kamu bisa pakai kuda dibelakang markas itu".

Maryadi sempat kaget mendengar jawaban si perwira Arab, terlebih dia ingat Pancasila dan Sapta Marga, maka bertekad ia tak mau melakukan perbuatan nista ini.

Bulan ke dua berjalan, kembali Maryadi diganggu dengan hasratnya lagi. Kali ini Dia datang ke rekannya yang lain, seorang perwira India dan menanyakan hal yang sama. Dari si perwira India, lagi-lagi Maryadi mendapat jawaban yang sama, yaitu : "Kamu bisa pakai kuda di belakang markas itu".

Maryadi terdiam sambil mikir dalam-dalam, pengen rasanya dia melampiaskan hasratnya itu, tapi dia masih tetap ingat Pancasila dan Sapta Marga.

Sampai akhirnya di bulan ketiga, Maryadi kali ini sudah benar-benar tak tahan lagi. Hasratnya udah memuncak keubun-ubun.

Dengan penuh rasa malu, kembali Maryadi mendatangi si perwira Arab dan berbisik kalau dia sudah benar-benar tidak tahan mau 'gituan'

Si Arab mengangguk simpatik dan berkata : "Silahkan pakai kuda itu, ini memang giliranmu".

Nah, karena memang sudah tidak tahan, Maryadipun dengan berjingkat mendatangi si kuda, dan melampiaskan hasratnya di tubuh hewan itu. Lalu dia kembali ke si perwira Arab sambil senyum kecil : "Wah, thank you, saya sudah pakai kudanya, dan saya sekarang sudah merasa plong".

"Ah, tak perlu berterima kasih. Semua orang disini kalau mau ke rumah bordil di bukit itu memang biasanya naik kuda", jawab si Perwira Arab


Jumat, 26 September 2014

Pada suatu siang yang terik, Bu Mulyadi mengantar suaminya Pak RW Mulyadi berobat ke dokter karena "anu"nya bengkak disengat tawon.

Di ruang praktek dokter...

Dokter : "Siapa yang sakit bu ?"

Bu Mulyadi : "Itu dok, suami saya... " sambil menunjuk ke Pak RW Mulyadi.

Dokter : "Suami ibu sakit apa ? koq seperti meringis menahan sakit gitu ?"

Bu Mulyadi : "Iya dok,  anu... 'anu'nya suami saya bengkak disengat tawon waktu tadi pagi ke kebon belakang rumah... Tolong hilangkan rasa sakitnya ya dok, biar dia gak meringis terus seperti itu... kasihan..."

Dokter : "Iya bu, tenang... saya akan coba obati suami ibu, oke..."

"Iya dok, makasih... tapi dok, tolong... jangan hilangkan bengkaknya yaaa... ", kata Bu Mulyadi sambil berbisik

Dokter : "ebuseeeehhhh... teuteup yeeee... "




Senin, 05 Mei 2014

Cerita ini terjadi pada saat Parman si preman kampung masih belum insyaf.

Alkisah, pada suatu siang yang terik, Jeniffer alias Jaelani yang sedang kapok-kapoknya mangkal karena selalu diuber-uber oleh satpol PP dan beralih profesi menjadi pengamen lagi istirahat di warung kopi pojokan pasar. Sambil minum teh botol ia pun mengitung recehan yang udah terkumpul.

Beberapa saat kemudian, datanglah Parman si preman kampung bersama dua orang temannya sesama preman pasar ke warung itu.
Jeniffer mukanya langsung pucat pasi, takut dipalak, takut digebukin atau malah takut dibunuh. Dan biar Parman beserta rombongan premannya gak liat dia, Jeniffer langsung membalikkan badannya membelakangi preman-preman itu.
Sambil gemetaran, Jeniffer masih sempet menguping pembicaraan Parman dan kawan-kawannya.

Parman : "Hari ini gue lagi kesal dan pusing banget !! Bawaannya jadi horny... Bisa-bisa kalau disini ada Kambing, gue perkosa juga habis-habisan...!!!"

Temannya yang ke satu : "Sama nih, gue juga lagi emosi tinggi...!! Tuh Kambing kelar lo perkosa, bakal gue hajar pake tangan gue yang besar ini, sampe sekarat....!!!"

Temannya yang ke 2 : "Kelar lo hajar sampe sekarat, gantian gue yang perk0sa...!!!"

Mendengar pembicaraan itu, Jeniffer langsung membalikkan badannya dan spontan mengeluarkan suara kambing dari mulutnya, "MMBEEEEEEEEKK..."


 

Jumat, 14 Februari 2014

Dikisahkan, jauh-jauh hari pada saat Joko masih kecil --mungkin pada saat masih berusia sekitar 4 atau 5 tahun--, Pak Mulyadi yang waktu itu masih belum menjabat sebagai RW mengadakan perhelatan cukup kecil-kecilan yaitu melaksanakan sunatan anak mereka si Joko.

Sore itu, setelah selesai acara, beberapa tamu yang merupakan tetangga dekat rumah, masih ada yang datang menengok Joko yang baru disunat, termasuk Mak Ijah si penjual sayur.

Mak Ijah :"Mana jeung, anakmu yang baru disunat?" tanya Mak Ijah kepada istrinya Pak Mulyadi

Bu Mulyadi :"Itu mak, di kamar... masuk aja, jangan sungkan-sungkan..."

Dipersilahkan demikian, Mak Ijah pun ngeloyor masuk ke kamar yang dimaksud Bu Mulyadi.

Tak lama kemudian...

Mak Ijah keluar dari kamar dan duduk njemprok deket Bu Mulyadi yang sedang beresin makanan sajian, lalu :"Wah jeung, bentuknya bagus dan rapi rapi ya... mak jadi gemes dech liatnya, tadi mak pegang-pegang langsung bangun... lumayan gede juga ya jeung... :D "

Bu Mulyadi :"Emang mak lihat yang mana?"

Mak Ijah :"Nyang di kasur..."

Bu Mulyadi :"Loh mak, si Joko kan aye simpen di kursi..."

Mak Ijah :"La terus nyang dikasur sapa jeung ???"

Bu Mulyadi :"Itu laki aye maaakkkk... Si Mulyadiiiii..."


Selasa, 21 Januari 2014

Sincia Laula unyu-unyu kedatangan salah satu keponakannya Mustofa dari kampung yang sedang liburan ke Jakarta. Seorang pemuda berumur sekitar 20 tahunan yang bernama Imron. Imron, salah satu keponakan Mustofa yang cukup beruntung. Dia beruntung dijadikan anak asuh oleh salah satu keluarga terpandang dikampungnya, disekolahkan hingga bisa kuliah dan dirawat dengan. Di bawah perawatan keluarga terpandang tersebut, Imron tumbuh menjadi seorang pemuda yang cukup tampan dan berpenampilan baik.

Secara kebetulan, liburan kali ini, Mustofa mendapat order untuk nganter tamu jalan-jalan ke Yogyakarta. Sementara anak perempuan mereka yang masih kecil juga sedang dititipkan ke orang-tuanya Sincia di ciamis sana. Sehingga otomatis yang ada di rumah tinggal Sincia sendiri.

Sincia laula unyu-unyu meskipun memang sudah bersuamikan Mustofa dan mempunyai seorang putri, tapi kecantikan dan kemontokan bodynya belum luntur yang akan membuat semua mata lelaki normal tak akan pernah lepas pendangannya ketika melihat kebohayan body Sincia.

Nah, karena Mustofa sedang dinas luar kota, maka di rumah itu tinggallah Imron dengan Sincia.

Malam itu, cuaca sangat tidak bersahabat. Hujan deras dengan cahaya petir yang berkilat-kilat. Imron masuk kerumah dalam keadaan basah kuyup karena kehujanan. Kaos putihnya jadi transparan memperlihatkan lekuk-lekuk tubuhku dan perutnya yang sixpack. Imron memang rajin berolahraga membentuk tubuh, hingga badannya terbentuk dengan bagus dan banyak yang memujinya. Imron cukup bangga dengan hal tersebut.

Pas waktu Imron masuk rumah dalam keadaan basah kuyup, di ruang tamu ternyata ada Sincia yang lagi duduk sambil nonton tv, Sincia saat itu cuma memakai daster yang tipis dengan belahan dada yang rendah.



Melihat kedatangan Imron dengan keadaan basah kuyup dan baju putih transparan yang mencetak memperlihatkan tubuhnya yang tegap Sincia beberapa kali melirik ke arah Imron. Sepertinya dia tidak bisa menyembunyikan kekagumannya.

Sincia beanjak dari satu-satunya sofa yang ada di kamar tamu kecil tersebut lalu berdiri dan menghampiri Imron, dan "Cepet kamu ganti baju, nanti kamu sakit lochh..." kata Sincia dengan halus...  Tatapan matanya membuat Imron merasa seperti lain. SEERRR...darah Imron serasa mendidih melihat belahan dada Sincia yang ranum.

Lalu Imron masuk ke kamar dan melepaskan semua pakaiannya. Pada saat Imron melepaskan pakaiannya tersebut, tiba-tiba Sincia masuk dan melihat Imron yang hanya ber'celana-dalam'  saja dengan tatapan mata yang dalam dan penuh arti, ditangannya membawa segelas susu panas.

Pelan-pelan Sincia mendekati Imron...
dan tiba-tiba...
.
.
.
.
.
.
.
.
BYUUURRRR...

Sincia terpeleset dan susu panas digelas menyiram wajah Imron, sontak Imronpun berteriak kepanasan...

--SEKIAN--


Selasa, 07 Januari 2014

Pada suatu pagi nan cerah ceria, Jeniffer alias Junaedi pergi ke kantor kecamatan untuk memperpanjang katepe-nya yang sudah mau expired. Sebagai warga negara yang taat peraturan serta baik hati dan tidak sombong, Jeniffer berpikir harus punya kartu identitas, walaupun sering bingung juga untuk mencantumkan jenis kelamin pada saat ngisi form, apakah harus isi L, P atau garis miring? Terus Jeniffer juga berpikir, kemaren aja punya kartu identitas masih sering di uber-uber bapak satpol pp, la gimana nanti kalau gak punya? Nha, untuk urusan uber-uberan dengan satpol pp ini, Jeniffer kadang sering heran juga. Lo koq demen banget ya, itu bapak-bapak satpol pp ngejar-ngejar dirinya. Apakah dirinya sebegitu menariknya kah, hingga tu bapak-bapak satpol pp gak bosan-bosannya nguber-nguber dia kalao pas lagi mangkal?

Singkat cerita, Jeniffer pun sampai di kantor kecamatan dan di bagian administrasi kependudukan, dia dilayani dengan baik oleh bapak-bapak petugas yang dilihat dari banned namanya bernama Ridwan. Dan percakapan pun dimulai :

Ridwan : "Nama Anda siapa?"
Jeniffer : "Nama asli atau nama panggung pak?"
Ridwan : "Nama asli lah..!"
Jeniffer --dengan tersipu malu-- : "Jujun pak..."
Ridwan : "Nama lengkapnya?"
Jeniffer : "Jujun juniarti ananda eka putri prapatan tiga"
Ridwan : "Jawab yang bener mas ! eh mbak !"
Jeniffer --kembali tersipu malu-- : "Junaedi, pak..."
Ridwan : "Tempat, tanggal lahir?"
Jeniffer : "Cicaycuy, pak..."
Ridwan : "Hah, dimana itu ? selama saya kerja disini, belum pernah dengar tuch nama daerah cicaycuy !"
Jeniffer : "Ich bapak kastrol dech... !"
Ridwan : "katro banci ! bukan kastrol !"
Jeniffer : "oh iya itu maksud eyke... masa bapak gak tau cicaycuy sich? itu loh yang deket cibuah..."
Ridwan : "oh itu, cisayur bencong... ! terus tanggal berapa lu lahir?"
Jeniffer : "bapak pengennya tanggal berapa? eyke ngikut bapak aja dwech..."
Ridwan : "jangan main-main banci ! jawab yang bener !"
Jeniffer ; "tanggal sepelong janwerong sembelong belas tujuh delepong"
Ridwan : "Woy ! jawab yang bener ! dasar bencong rempong, guwe cincong eh cincang lu !"
Jeniffer : "ich koq bapak tau rempong ? jangan-jangan... jangan-jangan..."
Ridwan : "Awas lo ya.. jangan ngada-ngada ! ya tau donk dari anak guwe ! udah jangan bahas itu ! yang bener tanggal lahir lu berapa?"
Jeniffer : " tanggal 10 januari 1978, pak"
Ridwan : "Jenis kelamin?"
Jeniffer : "eeeemmmm... isi apa ya pak? sutra dah isi ferempuan aja ya pak !" --sambil ngedipin pak Ridwan--
Ridwan : "Hah !! lu yakin lu perempuan ??"
Jeniffer : "ich bapak rumpi dech !! apa bapak gak lihat penampilan eyke yang cantik membahana seperti bidadari baru turun dari bajaj ? bapak mau lihat untuk membuktikan kalau eyke feremfuan?"
Ridwan : "udah... udah... gak usah ! Status ?"
Jeniffer --dengan tersipu malu-- : "janda pak... "
Ridwan : "Haaahh... lu pernah bersuami ? siapa laki-laki yang kurang waras yang berani ngawinin lu ?"
Jeniffer : "ich bapak gitu dech ! bukannya bapak yang dulu ngawinin eyke di pematang sawah, terus setelah keperawanan eyke lenyap bapak renggut, dengan mudahnya bapak menceraikan eyke lewat es'em'es..."
Ridwan : "eh semprol lu... lama-lama guwe bacok juga lu..."
Jeniffer : "ich bapak jengong galak-galak ! eyke jadi tatut dech..."
Ridwan : "Pekerjaan lu apa ?"
Jeniffer : "eyke anggota BNN pak !"
Ridwan : "hah !!! serius lu ??!! masa anggota BNN bentuknya kayak gini !"
Jeniffer : "ich bapak sembarangan dwech... itu loh BNN itu singkatan dari Banci Narsis Nan-imutz"
Ridwan --geleng-geleng kepala, terus melanjutkan mendata-- : "Kewarga-negaraan?"
Jeniffer : "WNI donk ach pak... tapi gini-gini juga eyke anggota PBB lo pak..."
Ridwan : "Persatuan Bangsa-Bangsa?"
Jeniffer : "Bukan pak, Persatuan Banci-Banci"
Ridwan : "gelo lu..." --sambil tertawa--
Jeniffer : "aduh jadi gemes dweh, kalau lihat bapak ketawa, bapak hepi yah ketemu eyke?"
Ridwan : "najis lu !... udah ! golongan darahmu apa?"
Jeniffer : "golongan orang beriman pak !"
Ridwan : "wooyy !! jawab yang beneeeerrrr !!!"
Jeniffer : "xixixixixixi... golongan darah 'A' pak... A'kyu cinta kamyuuu..."

*dan keyboard komputer pun melayang ke kepala Jeniffer*




Sabtu, 21 September 2013

Pada suatu pagi Pak RW Mulyadi hendak pergi berangkat ke kantor kelurahan. Pas baru keluar dari pintu rumah, Pak RW Mulyadi baru sadar kalau dompetnya ketinggalan.

Pak RW Mulyadi pun memanggil-manggil istrinya : "Ma, mama,...Tolong ambilin dompet bapak dong"

Ibu RW Mulyadi yang sedang merapikan tempat tidur pun menjawab: "Ambil sendiri dong Pak, masa dompet aja mau diambilin sih" 

Dengan nada suara kesal, Pak RW Mulyadi berkata sambil menyindir istrinya: "Oh gitu ya ma, dimintain tolong ambilin dompet gak mau, giliran minta isi-nya, cepet bener!!!" 

Karena disindir begitu, dengan perasaan agak jengkel, Bu RW Mulyadi akhirnya membawa dompet itu kepada Pak RW Mulyadi. Tapi diam-diam dia ternyata berpikir untuk membalas sindiran suaminya.

Pada pagi hari setelah mereka 'ehem-ehem' dan baru saja mandi, Bu RW Mulyadi memanggil- manggil suaminya yang sedang asyik membaca koran: "Paaak.. Paaakk....Ambilin celana dalam ama BH mami dong di jemuran!!". 

Sebagai seorang suami, Pak RW Mulyadi cukup kesal juga melihat istrinya berlaku manja sekali seperti itu. Maka diapun berkata: "Ambil sendiri dong mami !!!, mami koq manja amat !! masa celana dalam ama BH aja koq minta diambilin!!!"

Dengan nada kesal yang sama sewaktu disindir oleh Pak RW Mulyadi, Bu RW Mulyadipun menyindir suaminya: "Ohh gitu ya, Bapak ?? Timbang minta ngambilin cd ama BH aja bilang mami manja ?? Giliran minta isinya, cepet bener !!!"


Rabu, 03 Juli 2013

Pak RW Mulyadi mendapat kesempatan untuk jalan-jalan ke Yogyakarta. Beliau pergi bersama dengan Parman dengan didanai oleh Rince atas ungkapan terimakasihnya basecamp Gank 3 Banci-nya telah dilindungi dilingkungan ke-RW-an Pak Mulyadi.

Pak RW Mulyadi dan Parman bersenang-senang selama jalan-jalan di Yogya. Hampir semua sudut kota telah disinggahi. Dan untuk sedikit mengirit biaya jalan-jalan yang didanai oleh Rince tersebut, Pak RW berinisiatif bahwa untuk menginap, mereka ngambil tempat temannya Pak RW Mulyadi di Yogyakarta, Pak Burhan yang seorang juragan kos-kos'an.

Kost-kostan Pak Burhan tempatnya sekitar satu kilometer dari salah satu kampus terkenal dikota pelajar ini. Pak RW Mulyadi merasa heran melihat glamornya gaya hidup para mahasisiwi yang ngekos dirumah Pak Burhan. Gadget terbaru, sepatu dan tas bermerek, lipstik dan bedak yang lumayan berat buat kantong mahasisiwi.

Iseng-iseng Pak RW Mulyadi nanya dengan salah satu penghuni kos yang kebetulan bernama Yulia.

Pak RW Mulyadi : "Wah penampilan mbak Yulia oke banget ya, pasti kiriman ortu gede banget ya."

Yulia : "Ah enggak kok Pak biasa aja kirimannya."

Pak RW Mulyadi : "Lha terus segala yang mbak Yulia pake uang dari mana?"

Yulia : "Bisnis kecil-kecilan Pak."

Pak RW Mulyadi : "Buka online shop ya? makelar tanah? atau mungkin ternak tuyul?"

Yulia: "Enggak Pak, cuma jualan kroto."

Pak RW Mulyadi : "Masak sih. Gimana ceritanya?"

Mahasisiwi : "Tau kan Pak kroto itu apa?"

Pak RW Mulyadi : "Makanan burung!!"

Yulia : "Itulah bisnis saya..."

Pak RW Mulyadi : "Oooo bisnis makanan burung toh..."

Lalu tiba-tiba ada om om datang mengendarai sedan silver menjemput Yulia.

Pak Erte nyeletuk : "Wah krotone laku mbak.... Hihihi..."

"Alhamdulillah Pak, nambah-nambah uang jajan... Udah ya pak... mau jualan dulu... "  jawab Yulia sambil ngeloyor nyamperin si Om-om yang menjemputnya...


Sabtu, 06 April 2013

Sore nan cerah ceria. Nella yang baru beli motor, sore itu jalan-jalan mengendarai motor barunya. Nella yang tomboy nan hadkor sengaja memilih motor gede untuk tunggangannya. Tapi karena naluri kebanciannya masih melekat kuat, maka motor gede yang Nella pilih pun warnanya gak jauh-jauh dari warna kebangsaan Diary 3 Banci, yaitu warna pink.

Dengan jalan agak pelan, Nella mengendarai motornya sambil matanya menoleh kiri-kanan. Sepertinya Nella mencari sesuatu.

Pada saat matanya melihat-lihat sekeliling sambil mengendarai motornya pelan-pelan, tiba-tiba pandangan Nella tertuju pada seorang penjual buah duren yang mangkal di trotoar. Nella pun memarkirkan motornya didepan tukang duren tersebut.

Lalu Nella membeli duren dan minta dibelahin sekalian. Untuk memenuhi permintaan Nella, si abang tukang duren langsung jongkok untuk membelahin durennya.

Disaat yang bersamaan, karena celana yang dipakai oleh tukang duren kebetulan sobek, maka keluarlah bijinya si abang duren.

Nella yang melihat biji si tukang duren, merasa jengah dan bermaksud untuk menegur si tukang duren.

Nella : "Bang... bijinya keluar tuuh...!!!"

Si abang tukang duren dengan polos menjawab : "Colek dan jilat aja neng... di jamin enak koq..."

Mendengar jawaban si tukang duren yang gak merasa tidak berdosa tersebut, sontak ketomboyan Nella yang temperemental timbul ke permukaan. Sambil mencak-mencak : "Ich tinta la yaw... eyke di suruh jilat yang begituan !!! najis tralala-trilili... capcus iketin durennya... !!! Berepong semuanya ???"

Alhasil si tukang duren dibuat bingung gak karu-karuan dengan apa yang diucapkan Nella.

-i-
Setelah mendapatkan beberapa duren yang ia cari, Nella melanjutkan perjalanannya. Pas di traffic light, lampu menunjukan warna merah. Sebagai pengendara yang baik, yang mentaati peraturan-peraturan lalu lintas yang berlaku, Nella pun menghentikan laju motornya.

Beberapa menit kemudian lampu berobah hijau tanda kendaraan harus/boleh jalan. Tapi anehnya Nella tidak meneruskan perjalanannya. Dia masih saja terus nangkring di atas jok motor sambil celingukan dan asyik menikmati musik yang ia dengarkan melalui earphone yang terpasang ditelinganya. Melihat Nella dengan motor gede pinknya masih nongkrong gak mau jalan, jelas-jelas para pengendara yang lain merasa terhalangi dan mereka meneriaki Nella. "Wooyyyy... bencong... jalaaaaannnn...!!! kenapa meneng ae ???"

Nella yang tidak mendengar teriakan mereka karena ditelinganya terpasang earphone cuma bisa celingukan. Dan melihat kejadian tersebut, seorang polisi yang sedang bertugas di lampu merah tersebut menghampiri Nella...

Pak Polisi sambil menepuk pundak Nella :"Mas... eh mbak.. eh jeung..."
Nella yang merasa kaget pundaknya ditepuk pak polisi, latahnya langsung keluar :"eh, konci...konci...konci..." lalu sambil melepaskan earphonenya menatap dengan mesranya pada pak polisi --cie cie-- : "Iya pak.. apose kokondao ?" --apose kokondao = apa--
Pak Polisi --dengan muka galak-- : "Koq apose kokondao ? apa'an itu ?"
Nella : "Ada apa pak... ?"
Pak Polisi : "maaf mbak... lampu tadi sudah berwarna hijau ! kenapa sampeyan tadi gak mau jalan ???"
Nella : "Aduh, bapak polisi yang cucok markucok... eyke kan lagi nungguin warna lampu kesukaan eyke cyinnn..."
Pak Polisi : "emang warna lampu kesukaan sampeyan, warna apa ?"
Nella : "sama kayak motor eyke ini lo pak... warna pink... "
Pak Polisi ; ?????##@@@@@***&&


Rabu, 03 April 2013

Parman si preman kaleng yang sudah jarang kedengaran ceritanya memang sudah insyap dan berhenti menjadi preman. Dan sekarang, untuk membiayai hidupnya sehari-hari, setelah gagal menjadi biarawan di negeri antah berantah, Parman pun mencoba-coba peruntungan menjadi kondektur bus kota.

Karena sering mendengar keluhan dari penumpang-penumpangnya yang banyak curhat tentang merajalelanya aksi pencopetan yang marak terjadi di bus kota, timbul ide kreatif Parman untuk mengerjai para pencopet tersebut, syukur-syukur para pencopet akan merasa kapok dan tidak mencopet lagi di bus kota hingga para penumpang bus kota akan merasa aman dan nyaman saat mereka naik di angkutan umum tersebut. Kalau para pengguna angkutan umum merasa nyaman dan aman saat naik bus kota, otomatis mereka akan selalu naik bus kota, dan ujung-ujungnya kan penghasilan Parman bisa lancar juga.

Dan pada saat Parman sedang off the duty --cie cie, mimin bahasanya... apa ntuh artinya min ? , mimin answer : off the duty ntu artinya lagi prei kerja alias lagi libur-- , Parman pun menyamar menjadi salah seorang penumpang bus kota yang berdiri gelatungan dan desak-desakan.

Hari itu, Parman sengaja memakai celana yang tidak mempunyai kantong belakang, dan... pada saat Parman bergelatungan bersama dengan para penumpang lainnya, tiba-tiba...

Parman merasakan ada satu tangan yang mencoba merogoh kantong celananya. Parman diam saja, pura-pura tidak tahu. Tangan itu makin lama, makin merogoh ke dalam, sampai... anu-nya Parman kepegang oleh si pencopet tersebut. Gila, rupanya Parman sengaja membolongi kedua kantong depan celananya dan hari itu, Parman tidak memakai kolor.

Pada saat merasa anu-nya terpegang oleh tangan si pencopet yang apes tersebut, dengan santainya Parman menoleh ke si pencopet dan berkata : "Lu lepas, guwe teriak... !!!!"
Dan si pencopet yang mukanya sontak merah karena menahan rasa malu bercampur baur dengan rasa-rasa lainnya yang tidak bisa diuraikan dengan kata-kata, akhirnya harus merelakan tangannya untuk melakukan tugas baru sampai ke terminal berikutnya...



Senin, 01 April 2013

Pak RW Mulyadi pada waktu masih muda ternyata adalah anggota remaja mesjid dan tidak pernah absen menghadiri pengajian. Maklum, Pak RW Mulyadi waktu masih muda di sekolahkan di pesantren bareng bersama saudaranya yaitu pak Mulyana oleh ayah mereka atau kakeknya Joko. Oleh karena itu, gak mengherankan kalau pak RW Mulyadi sempat merasa shock dan marah besar serta menentang habis-habisan ketika anak satu-satunya minta untuk memakai jilbab.

Alkisah, ini adalah kejadian pada saat Pak RW Mulyadi waktu masih muda. Pada saat itu, Mulyadi muda dan temannya sebut saja namanya Bunga, yang taat beribadah dan masih pada lugu mendapat tugas dari yayasan keagamaan untuk pergi ke sebuah daerah pelosok yang cukup jauh dari kampung mereka.

Kebetulan jalan yang harus ditempuh hanya bisa dilakukan dengan jalan kaki. Dan pada saat pulangnya, mereka berdua kemalaman di jalan dan karena gelap akhirnya mereka mencari tempat untuk berteduh yang akhirnya menemukan sebuah rumah kosong yang sepertinya sudah lama tidak terpakai --tapi tidak angker kan min ? oh, tentu tidak... soalnya ini cerita humor, bukan cerita horror--.

Mulyadi muda yang merasa kepegelan karena sudah berjalan jauh mengajukan sebuah penawaran terhadap temannya Bunga.
Mulyadi : "Dik, tolong, mau gak, kalau kamu pijitin badan saya ? saya capek nich,,,, nanti kamu gantian deh saya pijitin..."
Bunga : "Oh, mau banget donk Kang Mul, la wong, sama... badan dan kaki Bunga juga pegel-pegel nich..."

Kemudian, tanpa banyak basa basi, dipijitnyalah badan Mulyadi muda dari kepala hingga kaki dari punggung hingga  dada oleh Bunga. Dan tanpa sengaja, ketika sedang memijit, tangan Bunga mengenai “burungnya” si Mulyadi.

Karena tidak faham dengan barang begituan, Bunga pun merasa heran dan sambil tetap memegang, Bunga bertanya : "Ha... apa ini Kang, kok keras sekali ?"
Mulyadi : "Huush lepasin, dik... jangan disentuh... itu setan… jauhi !"

Setelah selesai badan Mulyadi dipijit oleh Bunga, lalu tak lama kemudian ganti si Mulyadi yang memijit badan si Bunga dari atas hingga bawah, dari depan hingga belakang. dan tanpa sengaja juga, tangan Mulyadi  mengenai buah dada dan “barangnya” si Bunga. Dan karena sama halnya dengan Bunga, Mulyadi pun sama sekali tidak faham dengan apa yang telah kerabanya. Dan sambil terus memijit, bertanyalah Mulyadi.

Mulyadi : "Dik, apa ya ini ? ini kok lembut dan empuk ?"
Bunga : "hush jangan disentuh Kang,  itu neraka … jauhi !"

Dan beberapa kali  Mulyadi, entah disengaja atau entah tidak mengenai bagian-bagian tadi,  hingga lama-lama dia jadi "tidak tahan", lalu...

Mulyadi : "euuu … dik dik .. biar setan nya mampus kita masukin ke neraka yuk ?"