Tampilkan postingan dengan label humor waria. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label humor waria. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 Juli 2016

Di suatu siang yang cerah, Rince, Hanna dan Nella sedang duduk-duduk santai di pekarangan Markas Besar Gank 3 Banci. Mereka duduk-duduk santai sambil tak lupa masing-masing ngoprek smartphone mereka. Disela-sela kesibukan mereka yang teramat santai tersebut lalu Nella membanggakan akun facebooknya.

Nella : "Eh cyiiinn... lihat nich, ke akun pesbuk ku yang ngirim inbox tuh benyong banggeds... sampai ratusan nich... akika sampai pegel dech, balesin balesin nya..."

Hanna tidak mau ngalah, lalu... : "Apalagi pesbuk eyke jeung... waktu kemaren ultah, dindingnya penuh sekali dengan ucapan ultah... semua ngantri bok, ngucapin ultah ke eyke... berjejer-jejer, seperti tentara lagi baris, eeeemmmm..."

Sedangkan Rince cuma bengong, soalnya dia gak punya apa yang temen-temen seperjuangannya banggakan. Tapi tanpa kehilangan akal, Rince gak mau kalah, dan ikut nyeletuk, "eh, yey yey pada tawaran gak ?? Akun facebook eyke nich, mau eyke kontrakan... tapi belum ada yang nawar nich, hiks hiks..."

Hanna dan Nella --berbarengan-- : "Haaaah... kenapa ??"

Rince : "Pada gak mau pastinya... soalnya di dalemnya penuh banget dengan cerita-cerita bohong belaka... :p "

 

Rabu, 20 April 2016

Pak RW Mulyadi mampir ke salon Natanella alias Nella untuk dipotong rambutnya yang sudah agak gondrongan.
Sambil rambutnya dipangkas, Pak RW Mulyadi berbincang-bincang dengan seorang Nella yang memangkas rambutnya.
Nella : “Aduh.. rambut bapak kok sudah putih semua siiiicchh..” kata Nella dengan lembutnya, sambil mulai memangkas rambut Pak RW. Mulyadi
Pak RW Mulyadi : “Iya nih Nur... kenapa ya... padahal umurku baru 40-an loh”
Nella : “Ich Bapak Jehong deh, jengong panggil Nur donk, panggil akika Nella... ingat yah, Nella... badewey eniway bajay, mau tahu gak, apa penyebabnya rambut Pak We bisa cepet putih?”
Pak RW Mulyadi : “Memangnya apa penyebabnya, Nur eh Nell?”
Nella : “oke... tapi Pak We jawab dulu pertanyaan Nella yah..” kata si Nella sambil melanjutkan pekerjaannya..
Pak RW Mulyadi :“apa pertanyaannya??”
Nella : “Mengapa rambut di kepala lebih cepat ber-uban dari pada rambut di bawah?”
Pak RW Mulyadi : “di bawah mana.. maksudmu?” , tanya Pak Rw Mulyadi merasa penasaran
Nella :“Masa siiich Pak We tinta tahu goreng cireng ??? ich gemes dech, jadi pengen remes..., itu lo pak.. rambut yang itu tuuuhhh”, jawab Nella sambil matanya melirik ke bagian bawah si Pak RW Mulyadi.
Pak RW Mulyadi : “oh yang iniiiii”, sambil tanpa sadar memegang bagian yang tadi dilirik Nella...
Nella :“iya dong pak... Rempong dech ach”, kata Nella dengan gesitnya.
Pak RW Mulyadi : “Itu karena, rambut di kepala sering terkena matahari langsung kali ya... sedangkan rambut di bawah... kan selalu tertutup...”
Nella : “Yeee... Pak We salah...!!!” sanggah Nella dengan gayanya yang kenes2 lincah.
Pak RW Mulyadi :“lalu yang benar bagaimana dong...?”
Nella :“Begini pak... kalau rambut di kepala, lebih cepat uban itu karena lebih banyak susahnya soalnya dipakai untuk mikir... tapi kalo rambut di bawah tidak ada ubannya, itu karena lebih banyak senangnya...“
Pak RW Mulyadi :“Senang gimana maksudmu...?”
Nella :“Iiiccchhh... KZL KZL KZL... bego amat sich bapak nih... ya senang gituan ituh lho... masak bapak nggak faham sich...”
Pak RW Mulyadi:“Oooooh gitu... betul juga kali ya?”
Nella : "Emmmmmmm... bapak rempong dech... lama-lama tak pegang juga tuh kepala bawah bapak, xixixixixixixixi"


Senin, 04 April 2016

Rince yang sekarang juga gaol di sosmed, menangis di depan ibunya setelah baca tweet Farhad Abbas yang menyindir almarhum Olga di Twitter:

Rince: "Mom... benarkah biarpun mati hari jum’at, bencong tak mungkin masuk sorga?"

Momi: "Siapa yang bilang begitu, nak?"

Rince: "Farhad Abbas, mom..."

Momi: "Sudahlah, jangan dengarkan ocehan orang. Tuhan yang punya sorga, bukan Farhad Abbas. Jika Tuhan menghendaki, siapapun bisa masuk surga."

Rince: "Benarkah? Berarti Rince juga bisa masuk sorga, mom?"

Momi: "Insyaallah... Asalkan kamu insyaf dan kembali ke jalan yang benar, nak..."

Rince: "Baiklah. Kalau begitu, Mom... mulai besok Rince akan pakai jilbab lalu kembali ke jalan yang benar. Nggak lompat pagar lagi seperti biasanya..." --kegirangan--

Momy: "Dasar bocah gemblung!!! Edan kowe lek... !!" --mengurut dada--


Source cerita dan gambar from : http://republik-gondes.blogspot.co.id/2015/04/cerita-humor-bencong-waria-lucu.html

Senin, 18 Mei 2015

Pada suatu minggu pagi yang cerah, ketika sedang masak di dapur, Bu Mulyadi bertanya pada anak nya yang baru duduk di kelas 3 SD, perihal cita-cita si anak nanti kelak kalau sudah dewasa.

"Kamu nanti kalau sudah besar, mau jadi apa nak ?", tanya Bu Mulyadi

"Aku mau jadi polwan Bu...", dengan semangatnya sang anak menjawab.

"Tidak boleh... !!!", kata Bu Mulyadi dengan tegas.

Si anak yang merasa heran, lalu mengganti jawabannya, "Kalau tidak boleh jadi Polwan, aku mau jadi peragawati saja Bu.."

"Apa-apa'an kamu !! Masa mau jadi peragawati ?? Tidak boleh !!", kata Bu Mulyadi yang emosi nya mendadak meninggi mendengar jawaban anaknya.

Si anak mulai merasa takut, lalu dengan lirih sambil terisak, mulut kecilnya gemetar berujar, "kenapa semua tidak boleh bu ? apa aku cuma boleh jadi ibu rumah tangga saja ??"

Melihat anaknya keliatan seperti ketakutan, amarah Bu Mulyadi yang tadi sempet memuncak akhirnya reda. sambil menangis, ia memeluk anaknya dan berkata, "Joko... kamu ini laki-laki, nak... "


Rabu, 29 Oktober 2014

Pada hari minggu yang cerah, Hanna pergi jalan-jalan ke emoll untuk mencari dompet. Tiba di emoll, Hanna langsung menuju sebuah counter yang memajang dompet-dompet trendy nan cantik elegan.

Sambil melihat-lihat beberapa dompet yang terpajang di etalase :

Hanna : "mbak-mbak, dompet yang cucok warna coklatz itu berapaan yah ?"

SPG : "Itu 500ribu, mas eh mbak..."

Hanna : "owh... cucok banggedz em... bahannya dari kulit apose sich mbak ?"

SPG : "dari kulit uler om... eh mbak..."

Hanna : "Ich rempong dech... trus-trus yang warna merah unyu-unyu itu berapaan ?"

SPG : "Owh... itu 2jutaan mbak..."

Hanna : "aaaihhhh... mehong yah... emang terbuat dari kulit apose sich mbak ?"

SPG : "kulit buaya mbak..."

Hanna : "wow, pantesan... pasti susana yah nyari buayanya... oya mbak, ada dompet cucok yang harganya lima belas rebu gak ?"

SPG : "owh... ada mbak..."

Hanna --kegirangan-- : "wooowww... mandra, mandra... akika mawar dwonk... dari kulit apose mbak ?"

SPG : "dari kulit pisang, mbak !!!" --sambil melengos pergi--

Hanna bengong sendiri dalam sepi...


Senin, 05 Mei 2014

Cerita ini terjadi pada saat Parman si preman kampung masih belum insyaf.

Alkisah, pada suatu siang yang terik, Jeniffer alias Jaelani yang sedang kapok-kapoknya mangkal karena selalu diuber-uber oleh satpol PP dan beralih profesi menjadi pengamen lagi istirahat di warung kopi pojokan pasar. Sambil minum teh botol ia pun mengitung recehan yang udah terkumpul.

Beberapa saat kemudian, datanglah Parman si preman kampung bersama dua orang temannya sesama preman pasar ke warung itu.
Jeniffer mukanya langsung pucat pasi, takut dipalak, takut digebukin atau malah takut dibunuh. Dan biar Parman beserta rombongan premannya gak liat dia, Jeniffer langsung membalikkan badannya membelakangi preman-preman itu.
Sambil gemetaran, Jeniffer masih sempet menguping pembicaraan Parman dan kawan-kawannya.

Parman : "Hari ini gue lagi kesal dan pusing banget !! Bawaannya jadi horny... Bisa-bisa kalau disini ada Kambing, gue perkosa juga habis-habisan...!!!"

Temannya yang ke satu : "Sama nih, gue juga lagi emosi tinggi...!! Tuh Kambing kelar lo perkosa, bakal gue hajar pake tangan gue yang besar ini, sampe sekarat....!!!"

Temannya yang ke 2 : "Kelar lo hajar sampe sekarat, gantian gue yang perk0sa...!!!"

Mendengar pembicaraan itu, Jeniffer langsung membalikkan badannya dan spontan mengeluarkan suara kambing dari mulutnya, "MMBEEEEEEEEKK..."


 

Kamis, 06 Februari 2014

Kalau yang ini bukan anggota Gank 3 Banci yaaakkk...













sumber gambar : kaskus
Nella si banci tomboy anggotanya Gank 3 Banci sangat ingin mempunyai sepatu dari kulit buaya. Saking sangat inginnya mempunyai sepatu dari kulit buaya tersebut, sampai terbawa-bawa mimpi.

Pada suatu hari yang cerah ceria, Nella pun pergi ke mall untuk melihat-lihat ke toko sepatu dan berencana membeli sepatu dari kulit buaya yang selama ini diidam-idamkannya. Sesampainya di salah satu toko sepatu ternama, Nella sangat kecewa karena ternyata sepatu dari kulit buaya yang selama ini diidam-idamkannya harganya teramat mahal sekali. Uang Nella belum cukup karena mahalnya sepatu tersebut.

"Koq, maharani bangsa sih cyin sepatunya," kata Nella sambil megang-megang sepatu yang diinginkannya.
"Kalau yey ingin mursidah ya tangkap sana buayanya sendiri..." kata si penjaga toko.

Terinspirasi oleh perkataan si penjaga toko, pada suatu minggu pagi yang cerah, Nella nekad pergi ke rawa-rawa untuk mencari buaya  sambil membawa senjata api. Pokoknya Nella si banci tomboy betul-betul macho hari itu.

Secara kebetulan, beberapa saat kemudian, si penjaga toko sepatu datang juga ke rawa-rawa tersebut entah mau apa.

Si penjaga toko terkagum-kagum ketika melihat tiga ekor buaya ditumpuk di rawa-rawa.

Sementara itu Nella terlihat berada di tengah rawa sedang membidikkan senjatanya ke seekor buaya yang lainnya. Suara tembakan terdengar, kemudian Nella pun menyeret buaya keempat yang baru ditembaknya ke pinggir.

Dan, tak lama kemudian Nella terdengar berteriak dengan penuh kekesalan... "SIALAN !!! YANG INI JUGA TIDAK MEMAKAI SEPATU..."


Selasa, 07 Januari 2014

Pada suatu pagi nan cerah ceria, Jeniffer alias Junaedi pergi ke kantor kecamatan untuk memperpanjang katepe-nya yang sudah mau expired. Sebagai warga negara yang taat peraturan serta baik hati dan tidak sombong, Jeniffer berpikir harus punya kartu identitas, walaupun sering bingung juga untuk mencantumkan jenis kelamin pada saat ngisi form, apakah harus isi L, P atau garis miring? Terus Jeniffer juga berpikir, kemaren aja punya kartu identitas masih sering di uber-uber bapak satpol pp, la gimana nanti kalau gak punya? Nha, untuk urusan uber-uberan dengan satpol pp ini, Jeniffer kadang sering heran juga. Lo koq demen banget ya, itu bapak-bapak satpol pp ngejar-ngejar dirinya. Apakah dirinya sebegitu menariknya kah, hingga tu bapak-bapak satpol pp gak bosan-bosannya nguber-nguber dia kalao pas lagi mangkal?

Singkat cerita, Jeniffer pun sampai di kantor kecamatan dan di bagian administrasi kependudukan, dia dilayani dengan baik oleh bapak-bapak petugas yang dilihat dari banned namanya bernama Ridwan. Dan percakapan pun dimulai :

Ridwan : "Nama Anda siapa?"
Jeniffer : "Nama asli atau nama panggung pak?"
Ridwan : "Nama asli lah..!"
Jeniffer --dengan tersipu malu-- : "Jujun pak..."
Ridwan : "Nama lengkapnya?"
Jeniffer : "Jujun juniarti ananda eka putri prapatan tiga"
Ridwan : "Jawab yang bener mas ! eh mbak !"
Jeniffer --kembali tersipu malu-- : "Junaedi, pak..."
Ridwan : "Tempat, tanggal lahir?"
Jeniffer : "Cicaycuy, pak..."
Ridwan : "Hah, dimana itu ? selama saya kerja disini, belum pernah dengar tuch nama daerah cicaycuy !"
Jeniffer : "Ich bapak kastrol dech... !"
Ridwan : "katro banci ! bukan kastrol !"
Jeniffer : "oh iya itu maksud eyke... masa bapak gak tau cicaycuy sich? itu loh yang deket cibuah..."
Ridwan : "oh itu, cisayur bencong... ! terus tanggal berapa lu lahir?"
Jeniffer : "bapak pengennya tanggal berapa? eyke ngikut bapak aja dwech..."
Ridwan : "jangan main-main banci ! jawab yang bener !"
Jeniffer ; "tanggal sepelong janwerong sembelong belas tujuh delepong"
Ridwan : "Woy ! jawab yang bener ! dasar bencong rempong, guwe cincong eh cincang lu !"
Jeniffer : "ich koq bapak tau rempong ? jangan-jangan... jangan-jangan..."
Ridwan : "Awas lo ya.. jangan ngada-ngada ! ya tau donk dari anak guwe ! udah jangan bahas itu ! yang bener tanggal lahir lu berapa?"
Jeniffer : " tanggal 10 januari 1978, pak"
Ridwan : "Jenis kelamin?"
Jeniffer : "eeeemmmm... isi apa ya pak? sutra dah isi ferempuan aja ya pak !" --sambil ngedipin pak Ridwan--
Ridwan : "Hah !! lu yakin lu perempuan ??"
Jeniffer : "ich bapak rumpi dech !! apa bapak gak lihat penampilan eyke yang cantik membahana seperti bidadari baru turun dari bajaj ? bapak mau lihat untuk membuktikan kalau eyke feremfuan?"
Ridwan : "udah... udah... gak usah ! Status ?"
Jeniffer --dengan tersipu malu-- : "janda pak... "
Ridwan : "Haaahh... lu pernah bersuami ? siapa laki-laki yang kurang waras yang berani ngawinin lu ?"
Jeniffer : "ich bapak gitu dech ! bukannya bapak yang dulu ngawinin eyke di pematang sawah, terus setelah keperawanan eyke lenyap bapak renggut, dengan mudahnya bapak menceraikan eyke lewat es'em'es..."
Ridwan : "eh semprol lu... lama-lama guwe bacok juga lu..."
Jeniffer : "ich bapak jengong galak-galak ! eyke jadi tatut dech..."
Ridwan : "Pekerjaan lu apa ?"
Jeniffer : "eyke anggota BNN pak !"
Ridwan : "hah !!! serius lu ??!! masa anggota BNN bentuknya kayak gini !"
Jeniffer : "ich bapak sembarangan dwech... itu loh BNN itu singkatan dari Banci Narsis Nan-imutz"
Ridwan --geleng-geleng kepala, terus melanjutkan mendata-- : "Kewarga-negaraan?"
Jeniffer : "WNI donk ach pak... tapi gini-gini juga eyke anggota PBB lo pak..."
Ridwan : "Persatuan Bangsa-Bangsa?"
Jeniffer : "Bukan pak, Persatuan Banci-Banci"
Ridwan : "gelo lu..." --sambil tertawa--
Jeniffer : "aduh jadi gemes dweh, kalau lihat bapak ketawa, bapak hepi yah ketemu eyke?"
Ridwan : "najis lu !... udah ! golongan darahmu apa?"
Jeniffer : "golongan orang beriman pak !"
Ridwan : "wooyy !! jawab yang beneeeerrrr !!!"
Jeniffer : "xixixixixixi... golongan darah 'A' pak... A'kyu cinta kamyuuu..."

*dan keyboard komputer pun melayang ke kepala Jeniffer*




Rabu, 24 April 2013

Sore itu, Parman, Mustafa dan Nella lagi kumpul-kumpul di pos kamling di linkgkungan tempat berdirinya Basecamp Gank 3 Banci. Tumben-tumbennya Nella, banci yang tomboy nan hadkor, ikut kongkow-kongkow dengan para bapak-bapak seperti Parman si mantan Preman Kaleng dan Mustafa. Mungkin naluri kelelakian Nella yang up-up-nya hingga ikut-ikut nongkrong dan ngobrol-ngobrol dengan mereka.

Dengan riuh rendah, mereka bertiga ngobrol-ngobrol dengan seru sambil ngupi-ngupi. Kadang terdengar suara menggelegar tawa dari Nella yang tumbennya juga gak cekikik-cekikik seperti biasanya. Pokoknya sore itu, Nella bener-bener tomboy.

Dan...

Parman : "Guweh gagal masuk angkatan laut.."

Mustafa : "Kenapa broh ?"

Parman : "Guweh gak bisa renang...!"

Mustafa : "Ane juga gagal masuk angkatan udara..."

Nella : "Kenapose cyiiin... ups kenapa brok ?"

Mustafa ; "Ane takut ketinggian..."

Nella ; "Ich... samak... eyke juga gagal, gak keterima masuk tentara..."

Parman dan Mustafa --dengan serentak-- ; "Koq bisa ?"

Nella : "Ya gak bisa lah brok... eyke gak bisa nembak... bisanya ditembak..."

Parman dan Joko --sambil jorokin kepala Nella-- : "Nella.... Nella... ada-ada ajah lu... Jadi sasaran tembak ajah lu sana, di lapangan tembak... hahahhahahhahaha.. "

Selasa, 23 April 2013

Jeniffer memang tidak kapok-kapoknya mangkal menjajakan diri. Maklum, mungkin Jeniffer tidak punya keahlian selain mangkal di perempatan. Seperti malam itu, Jeniffer yang sudah berdandan cantik, kembali mangkal di tempat biasanya.

Ketika sedang mangkal, lewatlah seorang laki-laki di kawasan tersebut. Jeniffer dengan gayanya yang kenyes-kenyes ngglimes merayu si pemuda yang lewat.

Jeniffer : "Om..om... om cakeeppp... mampir sindang dwonk... penglaris nich... mumpung masih anget, em..."

Si pemuda yang lewat, ternyata tertarik juga dengan gaya-nya si Jeniffer yang kenyes-kenyes ngglimes tersebut. Dia pun berhenti dan memperhatikan Jeniifer dari atas sampe bawah. Lalu :

Si pemuda : "boleh lah... lu bisa apa ?"

Jeniffer --merasa sangat senang karena medapat pelanggan-- : "Jenni bisikan banyak om... apa ajah om mawar, Jenni bisikan lakukan untuk om.. om mawar apose ? pijit ? njinjit ? ato njengkit ?"

Si pemuda ; "jangan pake bahasa bencong... guwe kagak ngerti !!. Berapa tarif lu ?"

Jeniffer --dengan tersipu malu, mengeluarkan secari kertas dari balik beha-nya-- : "ini tarifnya om... silahkan baca"

Si Pemuda --membaca-- : "Hah ?? Apa'an ini ?? Gak Bersih Lima puluh rebu, Berdarah Seratus rebu, Gak Enak ULANGI lagi ???"

Belum sempat Jeniffer melanjutkan transaksi, tiba-tiba... Nguing-nguing terdengar suara sirine mobil. Si pemuda langsung mencampakkan lembaran kertas yang tadi dibacanya dan berlari sambil teriak "Trantiiiibbbb.."

Jeniffer yang mukanya langsung pucat denger kata Trantib, langsung ikut lari terbirit-birit. Namun sial kembali menghampiri Jeniffer alias Jaelani. Lagi-lagi... untuk kesekian kalinya, dia tertangkap razia trantib.

DI POS PEMERIKSAAN...

Satpol PP : "Kamu... kenapa gak kapok-kapok melacur terus ???"

Jeniffer : "Saya tidak melacur pak... "

Satpol PP : "Lalu, apa yang kamu lakukan tadi pada saat tertangkap ??"

Jeniffer : "Saya hanya jual kondom dan menawarkan demo gratis, pak..."



Senin, 22 April 2013

Pada suatu siang Jeniffer alias Jaelani pergi berbelanja ke sebuah mini market yang ada di dekat basecamp Gank 3 Banci. Sambil nyanyi-nyanyi kecil, Jeniffer berkeliling dari satu koridor ke koridor lainnya di mini market tersebut mencari barang-barang kebutuhannya mulai dari pupur, blush on, lipstick, obeng, kuas cat, dll.

Ketika sedang keliling-keliling tersebut, gak sengaja Jeniffer mencuri dengar percakapan seorang anak kecil yang sedang berbelanja dengan ibunya.

Si anak --dengan gaya bawel-bawel lucunya-- : "Mah... mamah tau gak perbedaan antara banci dan beterai ?"

Si Ibu : "Gak tau nak... emang apa perbedaannya ?"

Si anak : "Ich mamah gak gaol... masa gak tau sich ???"

Si Ibu : "Ya, gak tau nak... emang apa perbedaannya ?"

Si anak : "mau tahu ajah atau mau tau banget ?"

Tiba-tiba Jeniffer muncul di sebelah si anak sambil ngagetin tuch anak... "Ayoooo... lagi ngerumpiin akika yak ????"

Si anak yang merasa kaget, langsung nangis sejadi-jadinya... ; "maaah... bancinya ngamuk mah..., evan takut..."

Si Ibu : "ayoo nak... kita pergi nak... " --sambil buru-buru pergi menggendong anaknya yang menangis karena ketakutan lihat sosok Jeniffer.--

Singkat cerita, Jenifferpun selesai berbelanja. Dia menuju kasir untuk membayar semua belanja-annya. Saat Jeniffer membayar semua belanjaannya, tiba-tiba si kasir berkata : "maaf om, eh mas... eh mbak... uang anda ini palsu...!"

Jeniiffer : "Haaahhh ?? Maca cihhhh ??? Coba akika lihat !!! Sialaaaannn !!! Berarti tadi malam akika diperkosa !!!"

Senin, 08 April 2013

Hanna yang anggun dan keibu-ibuan yang oleh Rince dimodalin untuk mengelola sebuah butik, akhirnya mengambil kursus menjahit secara informal pada Ibu Neli. Hanna memutuskan mengambil kursus menjahit ini adalah untuk memperluas pengetahuannya dalam mengelola butik tersebut. Padahal Hanna tahu, bahwa guru kursus menjahitnya yaitu Ibu Neli yang kebetulan seorang janda adalah pribadi yang perhitungannya minta ampun. Benang satu centi-pun dia perhitungkan. Tapi demi untuk memperluas pengetahuan tentang ilmu perbutikan, Hanna menahan-nahan diri untuk melanjutkan kursus di tempat tersebut, walaupun sering makan ati, makan jengkol, makan petei dan makan-makan lainnya.

Hanna yang ikut kursus menjahit di rumahnya Ibu Neli tersebut, sering dibuat penasaran oleh suara di kamar guru kursusnya tersebut, soalnya Hanna sering mendengar suara "Plung !" bila lewat kamar Ibu Neli.

Rasa penasaran tersebut membuat Hanna nekat ngumpet di kolong tempat tidur Ibu Neli, ketika waktu pulang kursus, dan akhirnya suara "Plung !" tersebut terjawabkan sudah setelah menyaksikan sendiri kejadiannya. Yang ternyata suara "Plung !" itu ditimbulkan oleh Ibu Neli yang diam-diam sering masturbasi dengan memasukkan kepala botol kecap yang sudah dibersihkan ke 'anu-nya', jadi kalau sudah mencapai klimaks, bila botol itu dicabut mengeluarkan bunyi "Plung !"

Melihat Ibu Neli selesai melampiaskan hasratnya dengan kepala botol, Hanna keluar dari persembunyiannya sambil menegor guru kursusnya tersebut.
Hanna --sambil melihat ke arah Ibu Neli-- : "Oh... indang yah Bu, suara "Plung !" itu ?" --Indang = ini--

Ibu Neli yang sebelumnya tidak menyadari kehadiran Hanna, langsung kaget mendengar tegoran dari Hanna. Perasaannya bercampur baur antara marah dengan malu setengah mati. Untuk menutupi rasa malu-nya tersebut, Ibu Neli membentak Hanna dengan galaknya : "Eh... Ngapain kamu disini ??!!"

Hanna --sambil tersenyum penuh arti-- : "Tinta koq bu... akika cuma penasaran ajah, xixixixiixixi..."

Ibu Neli : "Sini kamu... ! jangan bilang-bilang yah... ! Nich buat kamu". --sambil nyodorin uang lima puluh ribuan 2 lembar--

Hanna yang merasa heran melihat Ibu Neli yang pelit dan perhitungannya minta ampun, langsung menyambar uang tersebut dan berkata : "Yey tenang ajah Bu, pokoknya akika akan tutup mulut, suer mbelewer-mblewer dech... "

Nha, karena kejadian tersebut, Hanna jadi punya sumber penghasilan baru, karena setiap ketemu dengan Ibu Neli, Hanna selalu bilang "Plung !" dan Ibu Neli pasti ngasih seratus rebu. Jadi bila ada kata "Plung !", pasti bakalan ada duit seratus rebu.

Pada suatu ketika, si Jessica yang kebetulan ikut kursus menjahit juga di rumah Ibu Neli melihat kejadian tersebut. Dia merasa heran, dan bergumam ,"weh... koq ya setiap si Hanna ketemu dengan Ibu Neli dan bilang Plung !, koq dikasih duit 100rebu ? wah harus ngikut nich.. lumayan 100rebu bok !". Dan beberapa lama kemudian, kebetulan Ibu Neli mendekat ke Jessi. Melihat Ibu Neli mendekati dirinya, Jessi pun berkata : "Ibu Neli, Plung !"

Ibu Neli agak kaget juga mendengar si Jessica mengucapkan kata "Plung !". Dengan memasang wajah sangar Bu Neli bertanya pada Jessica : "Apa itu Plung ! ?"

Jessica yang emang senyatanya tidak tau akhirnya balik bertanya :"ehhmmmm... apose yaaa ?"

Ibu Neli :"Makanya, kalau kagak tahu sejarahnya, jangan ikut-ikut'an ! Nich buat kamu..." PLAK !!! telapak tangan Ibu Neli melayang dan mendarat di pipi Jessica.

Jessica yang kaget menerima tamparan dari Ibu Neli langsung keluar suara ngebass lakiknya ; "Anjrit, sialan... Guwe kena tabok !!!"



Sabtu, 06 April 2013

Sore nan cerah ceria. Nella yang baru beli motor, sore itu jalan-jalan mengendarai motor barunya. Nella yang tomboy nan hadkor sengaja memilih motor gede untuk tunggangannya. Tapi karena naluri kebanciannya masih melekat kuat, maka motor gede yang Nella pilih pun warnanya gak jauh-jauh dari warna kebangsaan Diary 3 Banci, yaitu warna pink.

Dengan jalan agak pelan, Nella mengendarai motornya sambil matanya menoleh kiri-kanan. Sepertinya Nella mencari sesuatu.

Pada saat matanya melihat-lihat sekeliling sambil mengendarai motornya pelan-pelan, tiba-tiba pandangan Nella tertuju pada seorang penjual buah duren yang mangkal di trotoar. Nella pun memarkirkan motornya didepan tukang duren tersebut.

Lalu Nella membeli duren dan minta dibelahin sekalian. Untuk memenuhi permintaan Nella, si abang tukang duren langsung jongkok untuk membelahin durennya.

Disaat yang bersamaan, karena celana yang dipakai oleh tukang duren kebetulan sobek, maka keluarlah bijinya si abang duren.

Nella yang melihat biji si tukang duren, merasa jengah dan bermaksud untuk menegur si tukang duren.

Nella : "Bang... bijinya keluar tuuh...!!!"

Si abang tukang duren dengan polos menjawab : "Colek dan jilat aja neng... di jamin enak koq..."

Mendengar jawaban si tukang duren yang gak merasa tidak berdosa tersebut, sontak ketomboyan Nella yang temperemental timbul ke permukaan. Sambil mencak-mencak : "Ich tinta la yaw... eyke di suruh jilat yang begituan !!! najis tralala-trilili... capcus iketin durennya... !!! Berepong semuanya ???"

Alhasil si tukang duren dibuat bingung gak karu-karuan dengan apa yang diucapkan Nella.

-i-
Setelah mendapatkan beberapa duren yang ia cari, Nella melanjutkan perjalanannya. Pas di traffic light, lampu menunjukan warna merah. Sebagai pengendara yang baik, yang mentaati peraturan-peraturan lalu lintas yang berlaku, Nella pun menghentikan laju motornya.

Beberapa menit kemudian lampu berobah hijau tanda kendaraan harus/boleh jalan. Tapi anehnya Nella tidak meneruskan perjalanannya. Dia masih saja terus nangkring di atas jok motor sambil celingukan dan asyik menikmati musik yang ia dengarkan melalui earphone yang terpasang ditelinganya. Melihat Nella dengan motor gede pinknya masih nongkrong gak mau jalan, jelas-jelas para pengendara yang lain merasa terhalangi dan mereka meneriaki Nella. "Wooyyyy... bencong... jalaaaaannnn...!!! kenapa meneng ae ???"

Nella yang tidak mendengar teriakan mereka karena ditelinganya terpasang earphone cuma bisa celingukan. Dan melihat kejadian tersebut, seorang polisi yang sedang bertugas di lampu merah tersebut menghampiri Nella...

Pak Polisi sambil menepuk pundak Nella :"Mas... eh mbak.. eh jeung..."
Nella yang merasa kaget pundaknya ditepuk pak polisi, latahnya langsung keluar :"eh, konci...konci...konci..." lalu sambil melepaskan earphonenya menatap dengan mesranya pada pak polisi --cie cie-- : "Iya pak.. apose kokondao ?" --apose kokondao = apa--
Pak Polisi --dengan muka galak-- : "Koq apose kokondao ? apa'an itu ?"
Nella : "Ada apa pak... ?"
Pak Polisi : "maaf mbak... lampu tadi sudah berwarna hijau ! kenapa sampeyan tadi gak mau jalan ???"
Nella : "Aduh, bapak polisi yang cucok markucok... eyke kan lagi nungguin warna lampu kesukaan eyke cyinnn..."
Pak Polisi : "emang warna lampu kesukaan sampeyan, warna apa ?"
Nella : "sama kayak motor eyke ini lo pak... warna pink... "
Pak Polisi ; ?????##@@@@@***&&