Joko, kembali menemui bapaknya, Pak RW Mulyadi yang sore itu sedang santai duduk-duduk di teras depan depan rumahnya sambil membaca koran.
Joko langsung duduk di sebelah bapaknya sambil bertanya,"Pah, burung merpati itu asalnya darimana sih?"
"Dari telur" jawab Pak RW Mulyadi sambil matanya tetap membaca koran yang dipegangnya.
"Oooo..." jawab Joko. "Kalau Joko asalnya darimana, Pah?" Joko bertanya lagi.
Mendapat pertanyaan seperti itu, Pak RW Mulyadi merasa sudah saatnya untuk menjelaskan kepada si anak mengenai asal usulnya. Lalu Pak RW Mulyadi-pun melipat koran yang dibacanya. Sambil menatap serius kepada Joko, Pak RW Mulyadi-pun berkata dengan penuh kebijakan.
"Nak..., begini...", Lalu Pak RW Mulyadipun bercerita, "Semuanya diawali dengan rasa sayang ibumu dan papah, terus ibumu dan papah menikah. Karena rasa sayang ibu dan papahmu ini, ibu kemudian hamil. Waktu itu kamu ada di dalam perut ibumu, masih kecil sekali. Lama kelamaan kamu mulai tumbuh membesar sehingga perut ibumu juga membesar. Setelah sembilan bulan kemudian baru kamu lahir. Sekarang kamu sudah menjadi sebesar ini". Pak RW Mulyadi menutup penjelasannya sambil tersenyum.
Lalu, "Ada apa, koq kamu bertanya seperti itu?", Pak RW Mulyadi lanjut bertanya pada Joko, anaknya.
"Ah enggak koq pah, tadi disekolah Joko ditanya guru, kamu berasal darimana?", jawab Joko.
"Terus, kamu jawab apa?", tanya Pak RW Mulyadi lagi.
"Joko diam saja, pah, habis Joko enggak tahu sih", jawab Joko.
Merasa penasaran, Pak RW Mulyadi bertanya lagi,"Teman-teman kamu yang lain jawab apa?"
"Ada yang dari Malang, ada yang dari Surabaya, ada yang dari Bandung, macem-macem, pah", jawab si Joko.
Pak RW Mulyadi --keblinger-- : ???????????@@@@&&&&%%%%
Joko langsung duduk di sebelah bapaknya sambil bertanya,"Pah, burung merpati itu asalnya darimana sih?"
"Dari telur" jawab Pak RW Mulyadi sambil matanya tetap membaca koran yang dipegangnya.
"Oooo..." jawab Joko. "Kalau Joko asalnya darimana, Pah?" Joko bertanya lagi.
Mendapat pertanyaan seperti itu, Pak RW Mulyadi merasa sudah saatnya untuk menjelaskan kepada si anak mengenai asal usulnya. Lalu Pak RW Mulyadi-pun melipat koran yang dibacanya. Sambil menatap serius kepada Joko, Pak RW Mulyadi-pun berkata dengan penuh kebijakan.
"Nak..., begini...", Lalu Pak RW Mulyadipun bercerita, "Semuanya diawali dengan rasa sayang ibumu dan papah, terus ibumu dan papah menikah. Karena rasa sayang ibu dan papahmu ini, ibu kemudian hamil. Waktu itu kamu ada di dalam perut ibumu, masih kecil sekali. Lama kelamaan kamu mulai tumbuh membesar sehingga perut ibumu juga membesar. Setelah sembilan bulan kemudian baru kamu lahir. Sekarang kamu sudah menjadi sebesar ini". Pak RW Mulyadi menutup penjelasannya sambil tersenyum.
Lalu, "Ada apa, koq kamu bertanya seperti itu?", Pak RW Mulyadi lanjut bertanya pada Joko, anaknya.
"Ah enggak koq pah, tadi disekolah Joko ditanya guru, kamu berasal darimana?", jawab Joko.
"Terus, kamu jawab apa?", tanya Pak RW Mulyadi lagi.
"Joko diam saja, pah, habis Joko enggak tahu sih", jawab Joko.
Merasa penasaran, Pak RW Mulyadi bertanya lagi,"Teman-teman kamu yang lain jawab apa?"
"Ada yang dari Malang, ada yang dari Surabaya, ada yang dari Bandung, macem-macem, pah", jawab si Joko.
Pak RW Mulyadi --keblinger-- : ???????????@@@@&&&&%%%%
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar kawan-kawan sangat berharga untuk Diary 3 Banci, makanya silahkan berkomentar ya, tapi jangan nyampah... Oke.. :D