Selasa, 07 Agustus 2012

Pagi itu di minggu yang cerah, Pak Mulyadi ketua RW di lingkungan tempat magkalnya Basecamp Gank 3 Banci, lagi duduk-duduk diteras rumahnya. Ditangannya memegang satu tabloid yang terbentang --gak tau tabloid wanita langganan istrinya, gak tau tabloid otomotif atau tabloid gossip, gak kelihatan jelas tabloidnya  --, sambil ditemani secangkir kopi susu dan pisang rebus buatan istri tercinta.

Membolak-balik isi tabloid, sepertinya tidak ada artikel yang menarik, sampai matanya tertuju pada satu halaman yang memuat cerita dengan judul yang membuat matanya membelalak.
"NYAMAR JADI BANCI..." demikian judul cerita yang membuat Pak Mulyadi menghentikan aktifitas membolak-balik halaman tabloid tersebut.

Seketika , pikirannya menerawang kepada anggota Gank 3 Banci yang basecampnya ada dilingkungan yang dipimpinnya. Rince yang bohay, Hanna yang lembut dan pemalu eh pemau, Nella yang tomboy dan hadkor, jangan-jangan diantara mereka bertiga ada yang lagi nyamar sebagai Banci, tapi masa iya sich... begitu pikirnya. Lalu kembali pikirannya menerawang Rince yang bohay, bolak-balik selalu yang dipikirannya adalah Rince yang bohay... -- ich Pak RW koq mikirin terus si Rince... jangan-jangan... jangan-jangan... ngiri yaaa... pengen bohay kayak Rince, xixiixixixixixi....  , HUUUUSSSTT  --

Oya, kembali ke tabloid... Lalu tanpa buang waktu lagi, Pak RW Mulyadi pun mulai membaca cerita yang berjudul "NYAMAR JADI BANCI" tersebut. Kawan-kawan pengen tau juga apa cerita di balik "NYAMAR JADI BANCI" yang dimuat di tabloid yang lagi di baca Pak Mulyadi tuuu, yoooookkk kita ikutan baca.... yoooo'

~NYAMAR JADI BANCI~

Puntadewa sebagai si sulung dari Pandawa yang terkenal SABAR, GETIH PUTIH, JUJUR dan TIDAK MEMPUNYAI MUSUH ikut meladeni tantangan Kurawa bermain judi. Jelas dengan noda itu nama Puntadewa mempunyai nilai kurang. Ia sudah MENIPU DIRI SENDIRI dengan bermain judi. Ia sudah menyulut bibit permusuhan karena judi.

Karena kelicikan Kurawa berjudi, mana bisa Pandawa mengalahkannya. Akibatnya, kekalahan
Pandawa membawa kesengsaraan luar biasa. Dengan modal seadanya, Pandawa harus MINGGAT selama 13 tahun. 12 tahun mengembara di hutan, 1 tahun mereka menyamar di negeri Wirata.

Siapa tidak sedih bila diusir hanya karena judi, lebih-lebih harus menyamar untuk menutupi AIB yang sudah terlanjur mencoreng namanya. Penyamaran Pandawa hampir sempurna, terbukti penguasa Wirata, Prabu Matswapati tak mengenali mereka.

Puntadewa menyamar menjadi orang yang berasal dari gunung dan bernama Dwijakangka dan diterima sang Prabu bekerja sebagai Kepala Pasar. Bratasena berganti nama menjadi Jagalabilawa, Permadi menjadi Kandiwratnala, Nakula berganti nama Dama, sedang Sadewa berganti nama Grati.

Semua bisa bekerja di Wirata berkat kemurahan hari Prabu Matswapati, tentu saja pekerjaan mereka disesuaikan dengan kemampuan mereka. Toh Pandawa tak berkecil hati walau bekerja sebagai orang kecil, justru dengan demikian penyamaran mereka semakin aman saja.

Yang cukup beruntung memperoleh pekerjaan itu Permadi alias Kandiwratnala. Ia menyamar menjadi banci dan bekerja sebagai pelatih tari. Sudah berani menyamar menjadi banci, maka mau tidak mau Permadi harus bertingkah-laku seperti banci pada umumnya. Bergaya LEBAY dan KEMAYU tentunya. Dandanannya dibuat menor abis, kalau perlu lipstiknya sampai nembus ke gusi!



Sebagai banci tentu tak lengkap bila tanpa minyak wangi, parfum tipe Jungle Gardenia sampai Anne Klein mengguyur tubuhnya. Jalannya pun persis bebek mau bertelor, hingga banyak membuat para lelaki menelan ludah CLEGUK bila melihat Kandiwratnala berjalan di depannya.

Sebagai pelatih tari, gerakannya cukup luwes, senyumnya MERAK ATI, hingga membuat cewek-cewek yang jadi muridnya mabuk kepayang. Kalau saja ia tidak sedang menyamar, rasanya ingin deh murid-murid cewek itu dipacari satu persatu. Yang lucu, para muridnya sering kebingungan ketika memanggil sang guru, MBAK KANDI atau MAS KANDI ya ? 
“Panggil apa adza mau kok. Tapi bagusnya kalo malam panggil mbak, kalo siang panggil mas adzaaa xixiixixixixi….” jawab Kandi nggemesin. --koq ketawanya kayak jeung kunti yang sering main ayunan di pohon belimbing deket kuburan itu yak ?

Ada cerita lucu, ketika Kandiwratnala waktu malam minggu terang bulan, ia jalan-jalan ke Taman Lawang kebetulan pas ada razia para penjaja seks, ia ikut kegaruk juga. Ditangkap dan dimasukkan ke truk bersama yang lain. Walau ia protes berat, karena ia bukan pelacur toh petugas tak menggubris protesnya. Saking jengkelnya, Kandiwratnala tak didengar protesnya, nekat meloncat dari truk saat kendaraan berjalan. Sialnya yang landing mencium aspal kepalanya dulu, maka pingsan deh dia dengan sukses!
Polisi buru-buru menolongnya, Kandi dilarikan ke Rumah Sakit Umum. Eh masih sial juga, dokter yang menangani bingung mau menempatkan si Kandi ini ke kamar pria atau wanita. Saking bingungnya akhirnya Kandi ditempatkan di kamar mayat!


“Begitulah kangmas, rasanya aku sudah enggak tahan lagi menyamar menjadi banci. Banyak dukanya daripada sukanya.” cerita Permadi ketika berkumpul bersama saudaranya yang lain.
“Yayi, yayi Permadi, kita semua bisa merasakan betapa beratnya penyamaran kita ini. Tapi percayalah sebentar lagi penyamaran kita akan berakhir,” hibur Puntadewa bijak.

Dan memang penyamaran mereka sepertinya akan berakhir, terlebih lagi mereka sering diganggu tiga wayang anak pejabat Wirata yang cukup berpengaruh yaitu Rajamala, Rupakenca dan Kencakarupa. Ketiganya memang terkenal sebagai wayang BADUNG bin SABLENG. Tindakannya sering sewenang-wenang terhadap rakyat miskin. Celakanya, ketiga wayang itu juga demen ngeganggu si bencong pelatih tari itu.

“Aduuuuuh,,,,mbak Kandi hari ini cakepnya kayak bintang pilem Tera Patrick dech!” goda Rajamala suatu hari dengan gaya niru bencong juga.
“Aih kamu ini bisa adzaaaa….” jawab Kandi seperti biasanya.
“Entar malam mbak Kandi mau nggak kuajak ke istanaku untuk  KARAOKE he he he….Kanan kiri oke maksudnya ha ha ha ha ha……..”
“Ih sebel! Enak adza, emangnya ikke suka karaoke ya? Nggak janji deh, nggak janji, nggak janji, sebel!!” jawabnya sambil buru-buru meninggalkannya. --kalau jaman wayang, banci memanggil dirinya sendiri dengan ikke yak ?  -- Melihat itu, Rajamala semakin gemas, dengan nekad ia merangkul Kandiwratnala dan tangannya meremas dadanya yang menonjol karena ada busa di balik behanya itu.
“Aih kurang ajar! Kurang ajar! Kurang adzaaar!!!” umpat Kandi sambil menampar lengan Rajamala yang terkekeh kegirangan.
“Awas kau, ikke laporin kangmas Jagalabilawa, biar dihajar sampai ancur!!”
“Ha ha ha ha…Kandiiiiii….Kandi. Elu cakep-cakep tapi sayangnya jenis KARJO alias ACDC he he he he…..!”

Sebenarnya Permadi yang lagi menyamar itu sudah emosi berat, mudah saja sebetulnya dia menghajar Rajamala, namun demi menjaga penyamarannya ia bertahan untuk tidak melabraknya. Dan Jagalabilawa yang menerima laporan itu, kontan mencari Rajamala untuk menghajarnya.
Sementara Rajamala yang dilaporin anak buahnya akan dihajar Jagalabilawa melaporkan masalahnya kepada saudaranya Rupakenca dan Kencakarupa. Bangkitlah keberanian Rajamala setelah kedua orang itu mensupportnya.

“Mau kemana neng Kandi, kok hari ini kelihatan makin menor azaa….” goda Rajamala lagi.
“Ah sok tau adza lu!” ketus jawab Kandiwratnala.
“Neng Kandi som-som ni yeee…..”
Kandiwratnala cuma mendengus dan berjalan tanpa menghiraukan Rajamala lagi. Hal ini makin
membuatnya keki, Rajamala makin berani. Diciumnya pipi Kandiwratnala penuh nafsu, tangannya juga berusaha MENGGERAYANGI dada neng Kandi dengan kasar.
“Aduh! Kurang adzar ya kamu ini!! Dasar wayang kampungan!!!” teriaknya sambil menampar pipi Rajamala.

Rajamala bukannya gentar justru ia semakin beringas. Ditariknya baju Kandiwratnala dengan keras
hingga sobek. Saking emosinya Kandi segera melepas sepatu ber-hak tinggi itu serta memukul kepala Rajamala dengan keras.

Rajamala yang rupanya sudah minum XO, J & B, Napoleon, Martini, Pu tao, Whisky Chivas Regall dan di oplos dengan arak tradisional air KENCING KUDA LIAR itu tambah menyala untuk membalas dan menghajar Kandiwratnala.

Untunglah pada saat yang kritis itu Jagalabilawa datang dan terjadilah perkelahian yang cukup seru.
Perkelahian berlangsung cukup alot, saling pukul memukul, saling piting saling banting hingga
berlangsung berjam-jam lamanya. Rajamala memang cukup alot dan kedot, berulangkali tubuhnya kena tendangan dan pukulan telak, tak membuatnya menyerah, walau akhirnya ia kalah.

Kekalahan Rajamala, Rupakenca dan Kencakarupa membuat penyamaran Pandawa berakhir. Tentu saja yang paling senang Permadi, ia sudah tidak menyamar lagi menjadi banci. “Sebel deh jadi banci, digodain mulu!” katanya disambut tawa semua saudaranya.

--o0o---

Cerita wayang nyamar jadi banci mimin ambil dari : http://sosbud.kompasiana.com/2010/10/18/menyamar-menjadi-banci/

Ternyata pada saat "Jaman Wayang" ada yang demen banci juga yak ?

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar kawan-kawan sangat berharga untuk Diary 3 Banci, makanya silahkan berkomentar ya, tapi jangan nyampah... Oke.. :D