Senin, 06 Agustus 2012

Cerita ini terjadi pada jauh di masa lampau.
Masa dimana ketika Rince, Hanna dan Nella belom eksis sebagai banci. Boro-boro eksis sebagai banci, lahir atau terencana untuk lahir juga belum.

Jauh hari dari masa kini, pada jaman nenek buyutnya Rince, Hanna dan Nella, saat itu keadaan desa masih begitu damai, tentram dan sentosa. Penduduknya hidup dengan rukun, saling bergotong royong, baik hati dan tidak sombong.

Tidak pernah ada kedengkian atau keirian di hati mereka. Tetangga satu sama lain tidak saling iri-irian ketika salah satu dari mereka misal membeli televisi baru sebesar pintu gerbang atau membeli kulkas dua pintu yang bukaannya seperti lemari pakaian serta diberi jendela buat angin-angin.

Pada saat itu, ibu-ibunya tidak rumpik, tidak senang bergunjing, karena setiap pagi mereka tidak bisa berkumpul disalah satu pintu rumah salah seorang warga atau kumpul-kumpul diujung gank.
Jarak dari satu rumah ke rumah lainnya begitu berjauhan. Bahkan terkadang terhalang oleh bukit atau sawah. Makanya ibu-ibunya tidak bisa kongkow kumpul-kumpul sambil bergunjing tentang "jambulnya syahrini" misal atau tentang harga-harga sayur di pasar yang melambung tinggi saat jelang Lebaran. --xixixixixixixi, dimasing-masing rumah kan udah punya kebun sendiri-sendiri di halamannya yang luas-luas tu, jadi ibu-ibu gak perlu repot lagi nyari sayur ke pasar--

Saking berjauhannya hingga kalau mengobrol mereka teriak satu sama lain, bahkan ketika butuh sesuatu barang dapur yang ingin dipinjampun mereka harus teriak seperti : " Buuuuuuu.... nanti saya mau pinjam panciiii......!!!"
Yang lalu di timpali oleh tetangga sebelah : "apaaaaaa ??? Suami ibu mantan banciiiiii ???? berpikir "

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar kawan-kawan sangat berharga untuk Diary 3 Banci, makanya silahkan berkomentar ya, tapi jangan nyampah... Oke.. :D