Parman akhirnya pulang ke Indonesia. Di perjalanan pulang, Parman menerawang menatap hamparan laut sambil membayangkan masa lalunya ketika masih di kampung. Saat itu Parman belum menjadi preman kaleng seperti saat sekarang. Pada saat itu Parman masih berusia sekitar 24tahunan, masih tinggal dengan ibunya tercinta. Suatu hari Parman merengek ke ibunya untuk bisa segera kawin karena sudah kebelet.
Parman : "Ma... Parman mau kawin, bulan ini juga bisa... sama wanita yang mana juga bisa Ma..."
Ibu : "Oh... boleh.. lagian kan uang ada... kenapa tidak. Tapi apakah anumu sudah panjang ? karena itu menentukan kebahagian pasanganmu..."
Parman : "Panjang anu yang disukai wanita itu sepanjang apa sich Ma ?"
Ibu : "Oh... kalau itu emak tidak tau... cobalah kamu tarik anu kamu kebelakang, kalau ujungnya sampai ke lobang pantatmu, maka itu sudah bisa dikatakan panjang..."
Parman pun segera berlari ke WC dan dari WC Parman pun berteriak : "BELOOOOMMM MAAAAA...."
Ibu --membalas teriakan Parman-- : "Kalau begitu, bersabarlah dulu.."
Waktu berlalu sedemikian cepat. Berpacu, memburu... seolah semua tidak ingin tertinggal dan terlewatkan. Hingga banyak bulan kemudian...
Parman kembali merengek pada ibunya : "Maa... anu Parman sekarang sudah sampai di lobang pantat Parman..."
Ibunya Parman yang kebingungan karena anggaran uangnya telah habis untuk biaya makan sehari-hari akhirnya berujar : "Nak.. bersabarlah dulu... uang saat ini tidak ada... kalau kau merasa tersiksa dengan keadaan ini, pakailah dulu lobang pantatmu..."
Parman : "Ma... Parman mau kawin, bulan ini juga bisa... sama wanita yang mana juga bisa Ma..."
Ibu : "Oh... boleh.. lagian kan uang ada... kenapa tidak. Tapi apakah anumu sudah panjang ? karena itu menentukan kebahagian pasanganmu..."
Parman : "Panjang anu yang disukai wanita itu sepanjang apa sich Ma ?"
Ibu : "Oh... kalau itu emak tidak tau... cobalah kamu tarik anu kamu kebelakang, kalau ujungnya sampai ke lobang pantatmu, maka itu sudah bisa dikatakan panjang..."
Parman pun segera berlari ke WC dan dari WC Parman pun berteriak : "BELOOOOMMM MAAAAA...."
Ibu --membalas teriakan Parman-- : "Kalau begitu, bersabarlah dulu.."
Waktu berlalu sedemikian cepat. Berpacu, memburu... seolah semua tidak ingin tertinggal dan terlewatkan. Hingga banyak bulan kemudian...
Parman kembali merengek pada ibunya : "Maa... anu Parman sekarang sudah sampai di lobang pantat Parman..."
Ibunya Parman yang kebingungan karena anggaran uangnya telah habis untuk biaya makan sehari-hari akhirnya berujar : "Nak.. bersabarlah dulu... uang saat ini tidak ada... kalau kau merasa tersiksa dengan keadaan ini, pakailah dulu lobang pantatmu..."
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar kawan-kawan sangat berharga untuk Diary 3 Banci, makanya silahkan berkomentar ya, tapi jangan nyampah... Oke.. :D