Senin, 06 Agustus 2012

Rihanna Susanti Mewangi Sepanjang Pagi Tralala Trilili, pagi itu sedang ngerumpi sama tetangga-tetangga kostnya. Maklum biasakan ibu-ibu, kalau pas lagi gak ada kerjaan, paling ngerumpi.
Sementara ke 2 anggota genknya yang lain, berangkat kerja.
Tiba-tiba lagi seru-seru dan heboh-hebohnya ngerumpi, blackberry Hanna bunyi, ada message masuk. Dengan cekatannya Hanna membuka message tersebut dan membaca isinya...
"Say... besok aku main-main ke Jakarta, ketemuan yuk... Jemput aku di bandara ya... jam 2 siang... from : Bantalia"

Hanna merasa sangat kaget menerima message tersebut. Seketika Hanna yang ceriwis manis kinyis-kinyis mendadak diam dari celotehan gosipannya yang rame, dia bengong menerawang menatap kosong. Ibu-ibu temennya ngerumpi pada heran, lalu salah satu dari mereka bertanya, sambil mencolek perutnya Hanna :"eh jeung Hanna, kenapa jadi bengong ?" , Hanna pun kaget dan dengan tersenyum tipis lalu menjawab :"oh tinta Jeung, eyke pamitra dulu ya... adidas samting wrong..." sambil berdiri dan berjalan menuju kamar kostnya...
Salah satu ibu teriak "apa jeung ? sepatu adidas dituker samping ?" (samping dalam bahasa sunda artinya kain yang biasa dipakai ibu-ibu*red) , Hanna menoleh dan cuma tersenyum tipis menjawab teriakan ibu tersebut, hingga membuat ibu-ibu yang lain menjadi heran.
"Ada apa ya, sama banci itu ?" tanya salah satu ibu... yang lain menimpali "iyah, gak biasanya loh si hanna, biasanya kan rame...", "tau tuch... mungkin sedih disuruh cari istri ama keluarganya di kampung, hahahahhahaaha.." kata salah satu ibu sambil tergelak... dan yang lain pun ikut ketawa rame-rame...

Hanna tidak menghiraukan sedikitpun omongan ibu-ibu rumpik tersebut, dia masuk kamar dan segera menutup pintu. Menerima message dari Bantalia seketika hatinya galau, teringat kembali kisahnya di masa lampau, ketika Hanna masih menjadi Hanafi.

o0o

Bantalia, alias Lia, Seorang wanita lincah cerdas, dan menarik perhatian. Konon orang tuanya memberi nama Bantalia berdasarkan tempat pertama kali dia tergeletak ketika keluar dari rahim ibunya.
Di kelas, Bantalia disukai semua teman-temannya, laki-laki dan wanita. Suka menolong, periang, dan ramah, sisi lain kebaikan Bantalia.

Hanafi Surayadi Longo, siswa sekelas Bantalia, sudah lama menaruh perasaan yang lain kepada Lia. Tapi Hanafi tidak berani mengungkapkan perasaannya tersebut kepada Bantalia. Maklum masih usia SMP, sehingga belum tahu cara menyampaikan perasaannya. Belum waktunya…. Sebenarnya Bantalia juga memiliki perasaan yang sama. Namun, sebagai perempuan, rasa malu lebih menguasai. Hanya lirikan sesekali kepada sosok ramping dengan wajah putih Hanafi ketika masuk kelas, yang bisa dilakukan.

Tiga tahun mereka bersama. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Hari itu sehabis acara penamatan sekolah, keduanya dinyatakan lulus dengan nilai memuaskan. Rasa bahagia diwakili untaian tetes air mata haru. Namun bagi Hanafi, sedih menyelimuti. Perasaannya belum kesampaian disaat mereka harus berpisah sekolah. Tekad besar tiba-tiba muncul. Ya.. “saya harus menyampaikan perasaan saya hari ini” gumamnya.

Siang, dibawah terik dekat pohon mangga depan sekolah. Hanafi nyamperin dan memanggil Bantalia.
“Maaf aku mengganggumu dik, ada sesuatu yang saya ingin sampaian”. Terbata-bata Hanafi memulai.
Bantalia diam membisu tak mampu menatap ke depan apalagi menjawab. Perasaannya seakan berbisik, kalau Hanafi ingin menyampaikan sesuatu yang ada dalam perasaannya juga. Hatinya berbunga, sampai tak mampu mendengar kata-kata sosok pujaan hati selanjutnya.

“Cinta” tak bertepuk sebelah tangan. Siang itu Hanafi pulang dengan kepuasan lebih dari temannya yang lain.
Bantalia? Sama…. Meski dia tahu, kalau besok dia tidak akan melihat Hanafi lagi karena akan melanjutkan sekolahnya di luar daerah yang jauh, tapi Bantalia punya keyakinan, pasti masih bertemu.

Masih pagi buta, suara dering sms membangunkan Bantalia. “Maaf dik, kakak harus berangkat lebih cepat dari yang direncanakan. Jaga perasaan adik baik-baik. Jika cita-cita menjadi kenyataan, suatu saat kakak akan kembali”. Bantalia  tidak mampu menahan kesedihannya membaca sms itu. “Jaga diri baik-baik kakak”. Jemari lentik Bantalia membalas sms itu.
 
10 tahun berlalu. Tak pernah ketemu, namun Bantalia masih bisa tersenyum dengan sms dari Hanafi yang datang hampir tiap hari.
Malam itu, Bantalia gusar. Sudah seharian tak ada kabar dari Hanafi…. “Ada apa gerangan? apa dia berpaling ke yang lain?”. Pertanyaan yang memenuhi kepala Bantalia…. Jam 12 tengah malam baru bisa tertidur dengan harap cemas, semoga besok sudah ada kabar dari Hanafi.

Keesokan harinya, Lusa, seminggu, setahun, Hanafi tidak pernah menghubungi Lia.  Lia sedih… Apalagi atas nama kesetiaan, semua laki-laki yang mendekat ditolak Bantalia, termasuk keinginan orang tuanya untuk menikahkan dengan kerabatnya yang sudah mapan. Badan sontak menjadi kurus. Makan tidak lagi menjadi kebutuhan. Foto Hanafi seakan tak mampu menghilangkan rindu yang terbalut cemas.

o0o

Hanna tersentak dari lamunan masa silamnya, lalu dengan sedikit malas jari-jarimya yang lentik bermain-main di atas keypad blackberry mengetik hurup-hurup membalas sms dari Bantalia. "Besok semuanya harus clear, Bantalia harus sudah tahu siapa sekarang Hanafi" gumam Hanna dalam hati.

Tut tut… HP Androidnya Bantalia berbunyi, ada massage balasan dari Hanafi “Iya Say... besok aku jemput kamu dibandara”. Singkat sms itu. Segera Bantalia menghubungi namun sudah tak aktif.
Tak sabar menunggu detak jam sampai besok pagi, Bantalia segera ke salon. “Aku harus tampil sempurna besok di depannya” katanya dalam hati.

Masih subuh Bantalia terbangun. Mandi, bersolek, dan memakai pakaian terbarunya. Bolak-balik dia ke depan cermin, takut ada cela di hadapan pujaan hatinya setelah sekian tahun tak bertemu.
Jam 2 lebih sedikit, Bantalia sudah sampai di bandara Sukarno Hatta. Bantalia celingak-celinguk mencari sosok Hanafi diantara jejeran antrian penjemput lain. Namun sosok Hanafi tak kelihatan. “Apa dia sudah berubah total, sehingga aku tidak mampu mengenalnya?” bisik Bantalia lirih.

Lesu Bantalia duduk di kursi berdebu bandara. Harapannya tampil sempurna seakan tinggal harapan…. Sampai beberapa menit kemudian, pundaknya dipegang seseorang. Bantalia menoleh kaget….
“Dah lama menunggu akika yah?. Kata orang yang mengagetkannya.
“Anda siapa?. Cowok apa cewek?”
“Iiiih, masa gitChu sehhhh… Ni akika, Hanna… Akika cewek donk ach. Masa uda cantika begindang masih diragukan kepewiannya... rumsidah dech yey.. Nih teman yey, yang yey kirimin sms minta jemput, masa yey lupita sich... Dulu nama eyke Hanafi Surayadi Longo. Sekarang Rihanna Susanti Mewangi Sepanjang Pagi Tralala Trilili…catet yaaa, tralala trilili.. sebbel deeeh…”

Pandangan Bantalia hitam, pekat… Dia tak sadarkan diri.

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar kawan-kawan sangat berharga untuk Diary 3 Banci, makanya silahkan berkomentar ya, tapi jangan nyampah... Oke.. :D